Potensi Wisata yang Masih Terabaikan

Dalam rangka menumbuhkan ekonomi Aceh ini, pemerintah berupaya melancarkan beragam kegiatan khusus melalui kuliner dan juga wisata.

Kolam Perahu Bebek yang terbengkalai di belakang Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh pada Selasa (9/8/2022). (Foto/Readers.ID/Junaidi) (Readers.ID)
Penulis:

Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh bercita-cita akan mensterilkan kembali pendapatan ekonomi Aceh seperti sebelumnya setelah didera pandemi covid-19. 

Dalam rangka menumbuhkan ekonomi Aceh ini, pemerintah berupaya melancarkan beragam kegiatan khusus melalui kuliner dan juga wisata.

Dukungan tersebut tidak hanya tersurat dalam program pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Nova Iriansyah, namun juga dalam penunjukkan Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Achmad Marzuki.

Dalam prosesi pelantikan Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, salah satu poin penting yang menjadi tugas prioritas Pj Gubernur Aceh oleh Mendagri Muhammad Tito Karnavian adalah membangun ekonomi Aceh dengan sebaik mungkin paska pandemi.

Berkaitan dengan meningkatkan realita ekonomi di Aceh agar lebih maju, pemerintah terus mengencarkan kuliner dan wisata di Aceh. Bahkan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh telah merancang 101 kegiatan dengan tujuan ekonomi tersebut.

Potensi kuliner dan wisata inilah yang kemudian menarik wisatawan dari luar sehingga berkunjung ke Aceh dan otomatis akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Aceh.

Namun dari sekian banyaknya potensi wisata yang ada di Aceh, terdapat pula wisata yang tampak berpotensi namun tampak tidak hidup bahkan terabaikan, salah satunya di lokasi wisata Ulee Lhee, Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.

Pantauan READERS.ID pada Selasa (9/8/2022) di tempat, tampak masih adanya potensi wisata yang terabaikan. Padahal jika dihidupkan tentu akan membantu PAD Kota Banda Aceh. wisata yang terabaikan dimaksud misalnya seperti kolam perahu bebek di Ulee Lheue, Dermaga wisata dan juga kapal wisata lintasan Sungat Krueng Aceh.

Kolam Perahu Bebek

Menurut salah seorang pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh , Hasrul menyebutkan bahwa awalnya kolam bebek tersebut dibangun untuk menambah PAD Kota Banda Aceh.

Namun pasca diserahkan kepada pihak kampung sebagai pengelola, kolam bebek tersebut tidak berjalan sesuai fungsinya hingga akhirnya terbengkalai.

Kolam perahu bebek di belakang kantor Disbudpar Kota Banda Aceh. (Foto: Readers.ID/Junaidi)

Keterbengkalaian ini tidak tahu hingga sampai kapan akan berlangsung demikian. Pantauan READERS.ID di lokasi, memang untuk alat-alat berupa perahu bebek itu juga tidak tampak dan bahkan satupun tidak ditemukan di lokasi ini.

“Padahal dulu ada perahu bebeknya, namun entah kemana kita tidak tahu,” kata Hasrul.

Hasrul tidak merincikan kapan bangunan tersebut dibangun. Apalagi berapa kisaran anggaran yang digunakan, READERS.ID belum memperoleh informasi.

Jika dipantau, kolam ini tampak menarik jika kembali difungsikan sebagaimana konsep awal karena tersedia sudah dan bahkan lengkap dengan wadahnya, hanya saja tinggal penguatan konsep dan pengadaan alat yang matang.

Selain itu juga, dari kolam ini wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan sore dan bahkan pada pagi hari. Wisatawan akan dimanjakan pemandangan sekitar menuju laut juga iringan kapal-kapal nelayan.

Disamping kolam ini terdapat pula warung kopi dan taman bermain lainnya untuk keluarga terlebih kepada anak-anak.

Namun sayang, keadaan wisata ini seperti yang dijelaskan sebelumnya tidak dioperasikan. Amatan media ini, di samping kolam perahu bebek tersebut tampak sampah bertaburan. Hal itu terlihat jelas jika dilihat dari pinggir area kolam ini.

Dermaga Wisata

Sedikitnya empat unit dermaga wisata telah dibangun oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kegiatan wisata di wilayah itu. Belum mendapat informasi kapan dermaga tersebut dibangun oleh pemkot Banda Aceh.

Bentuk fisik Dermaga Wisata di Ulee Lhee, Meuraxa Kota Banda Aceh. (Foto: Readers.ID/Junaidi)

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Hasrul, pemerintah juga telah menyediakan beberapa kapal boat untuk melengkapi dan memfungsikan keberadaan Dermaga Wisata ini untuk dijadikan wisata menarik.

“Namun tidak banyak yang memanfaatkan kapal tersebut,” kata Hasrul.

Kini kapal boat inipun disewakan kepada pihak ketiga dengan kisaran 25 juta pertahun.

Pantauan di lokasi Dermaga Wisata, tampak bangunan ini sebagian sudah mulai terkoyak lantaran tidak terawat dan tidak terurus. 

Dermaga Wisata ini akhirnya dimanfaatkan oleh nelayan. Nelayan memanfaatkan dermaga wisata tersebut sebagai tempat parkir perahu mereka.

Kapal Wisata

Selain boat yang disediakan, terdapat juga kapal wisata untuk membawa wisatawan keliling menuju sungai Krueng Aceh sepanjang puluhan kilo meter.

Kapal ini merupakan bantuan dari BBR sebagai bentuk memanjakan wisatawan melewati Sungai Krueng Aceh. “Namun bangkai perahu ini saja tidak lagi tampak karena tidak terurus akhirnya hancur dan tenggelam,” ujar Hasrul.

Salah satu kapal nelayan yang sedang parkir. Dikabarkan dua kapal wisata milik Disbudpar Kota Banda Aceh sempat terparkir di wilayah ini hingga hancur tak bersisa. (Foto: Readers.ID/Junaidi)

Hasrul menyebutkan bahwa yang mengelola perahu tersebut tidak ada dan akhirnya terabaikan sehingga hilang dari peredaran kehidupan wisata. Padahal bantuan perahu tersebut merupakan sebagai upaya untuk meningkatkan minat wisata melalui Sungai Krueng Aceh.

Informasi yang diterima READERS.ID dari salah seorang nelayan bahwa kapal yang dimaksud berbahan kayu. Namun sejak tidak ada lagi yang merawat dan menggunakannya akhirnya dibiarkan (terparkir) disamping Dermaga wisata hingga hancur dan akhirnya hilang.

Pantauan di lokasi, tak sedikitpun dapat ditemukan kerangka atau bangkai dari kapal tersebut, nelayan menyebut bahwa kapal tersebut telah lama hilang.

Nah demikian salah satu tempat lokasi wisata yang terbengkalai akibat kurang perawatan dan keseriusan pihak terkait dalam memajukan dan merawat destinasi wisata di Kota Banda Aceh tersebut.

Tulisan ini hadir berharap pemerintah Aceh melalui Disbudpar dan bekerjasama dengan masyarakat yang kreatif dapat kembali memajukan destinasi-destinasi wisata selain wisata kuliner.

Selain itu, kehadiran wisata ini juga tentu diperlukan dukungan penuh oleh pemerintah Kota Banda Aceh, sehingga memberi ruang bahwa ada upaya dalam memajukan kembali serta menambah PAD.