Refleksi 19 Tahun Bener Meriah: Mendinginkan Hiruk-Pikuk di Daerah Dingin

Refleksi Bener Meriah di HUT yang ke-19 dari perspektif kekinian, pandangan penulis bahwa Bener Meriah harus berbenah kehidupannya lebih baik lagi, terutama kehidupan para petani dan melindungi anak perempuan dari kejahatan seksual. Menempatkan hati dan pikiran membangun daerah yang lebih maju, berkembang, dan modern. Sehingga hiruk-pikuk di daerah dingin ini tetap dingin dan menikmati hawa dingin sebagai karunia Allah yang sangat mahal.

Waktu Baca 10 Menit

Refleksi 19 Tahun Bener Meriah: Mendinginkan Hiruk-Pikuk di Daerah Dingin
Husaini Algayoni. (Foto: Dok. Husaini Algayoni)

Oleh: Husaini Algayoni*

Apa pendapat masyarakat Bener Meriah dengan daerahnya yang merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-19? Mungkin banyak unek-unek yang ingin disampaikan masyarakat kabupaten berhawa dingin ini kepada pemimpin maupun kepada wakil rakyatnya. 

Kabupaten Bener Meriah merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah (Takengon) berdasarkan Undang-Undang No. 41 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari 2004. (https://id.wikipedia.org.)

Dari awal lahirnya, Bener Meriah telah memiliki beberapa kepala daerah hasil dari suara rakyat Pemilihan Umum (Pemilu), Pelaksana Tugas (Plt), dan sebelum Pemilu 2024 digelar bertemakan tahun politik Bener Meriah dipimpin oleh Penjabat (Pj) Bupati Drs. Haili Yoga, M.Si yang juga sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Bener Meriah.

Kabupaten Bener Meriah telah mengalami perkembangan dan kemajuan di beberapa sektor yang telah dinikmati oleh masyarakat, hal ini patut disyukuri. Sebaliknya sektor yang urgen pun perlu direnungkan sebagai refleksi kabupaten di HUT ke-19 ini sebagai bahan pemikiran konstruktif untuk menata kabupaten yang lebih maju dan berkembang di masa yang akan datang.

Berikut penulis paparkan beberapa permasalahan yang terus menghantui Bener Meriah, di antara polemik yang hangat diperbincangkan adalah cerita politik. Ahli politik, ahli retorika, dan serba ahli-ahli berkumpul menjadi satu di meja berhias secangkir kopi. Berita-berita politik pun ngeri-ngeri sedap, terkadang bernuansa komedi politis, enak didengar dan asyik untuk diulas.

Bupati sebagai pucuk pimpinan menjadi sorotan beberapa tahun ke belakang, bagaimana tidak! Seharusnya mengurusi rakyat justru dia sendiri yang berurusan dengan aparat penegak hukum. Selain itu juga terdengar ketidakharmonisan antara Bupati dan Wakil Bupati yang sebelumnya romantis saat kampanye. 

Selanjutnya berita yang sangat miris terdengar adalah kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur. Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Darwati A Gani pun angkat bicara masalah kekerasan seksual di Bener Meriah. Darwati yang fokus terhadap isu perlindungan anak dan perempuan di Aceh, mengaku prihatin dengan meningkatnya angka kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Bener Meriah.

“Kasus kekerasan seksual terhadap anak adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa,” ia berharap para pelaku kekerasan seksual terhadap anak di Aceh selain di hukum kurungan juga ditambah dengan hukuman cambuk, kata Darwati A Gani. (Serambi, 5/02/2021).

Dalam perspektif suku Gayo, anak perempuan itu bagaikan emas permata, harta paling berharga, istimewa membawa ceria dan bahagia dalam keluarga, terlebih-lebih anak bungsu (bahasa Gayo: Bensu). Anak perempuan bungsu digambarkan dalam lagu Gayo ‘Bensu’ yang dibawakan Bina, ciptaan Banta Cut Winar.

Ipak si bensu, kao si menye bensu o. Mungemeken labu beloh ku telege. Kelubung ni ulu sulam berbunge. Lelang mujangko uah ni ungke. Wo... wo... bensu. Uwo bensu ipak si bensu. Bantal ni ulu ken ules nome. Ken ules nome.

Kedudukan perempuan dimuliakan dalam agama Islam dan juga di suku Gayo, bukan hanya di Gayo; daerah-daerah lain di Indonesia anak perempuan juga dimuliakan. Tapi keberadaan anak perempuan sepertinya jauh dari kata aman selama predator seksual bergentayangan dengan bebas, dan anehnya setiap ada kekerasan seksual daerah berhawa dingin ini seperti tak ada masalah.

Kemudian kita lihat dunia pertanian yang merupakan pekerjaan mayoritas masyarakat, walaupun status pejabat dan pegawai negeri; tetap petani merupakan aliran darah masyarakat. Anehnya dunia bahagia cenderung tidak memihak para petani. Keringat petani terkadang tidak dihargai, deraian air mata petani tak lagi menetes karena sudah terbiasa dengan kerasnya kehidupan.

Bener Meriah Kabupaten Kopi

Dari Kabupaten Bireuen menuju Kabupaten Bener Meriah di perbatasan antara dua kabupaten tersebut disambut dengan gapura yang bertuliskan Selamat Datang di Kabupaten Kopi. Sebutan Kabupaten Kopi ini diperkuat oleh Surat Keterangan Asal kopi Gayo tentang hak paten di HUT RI ke-77 dari Kementerian Perdagangan RI “Momen bersejarah bagi Pemerintah daerah dan masyarakat Bener Meriah, Alhamdulillah,” kata  Pj Bupati Bener Meriah. (Benermeriahkab.go.id.)

Bener Meriah dengan sumber daya alam yang kaya, panorama alam eksotis, gunung yang indah, hamparan pinus yang hijau, dingin berselimut kabut, tanah hitam yang subur tumbuh berbagai macam tumbuhan. Pohon kopi menghasilkan putik bunga putih yang indah, buah merah merona, aroma dan cita rasa yang khas, dan serupatan kopi Gayo bagaikan pengantin kopi.

Bagi masyarakat Gayo kopi merupakan nafas kehidupan, cangkir harapan dan juga nafas cinta, jika harga kopi berada di angka harga yang normal maka masyarakat pun menikmati panen raya di November dan Desember dengan senyum bahagia serta bisa merayakan pesta rakyat pacuan kuda dengan gembira. Dari itu, harapan masyarakat Bener Meriah kepada Pemerintah Daerah untuk menjaga harga kopi stabil dan normal.

Kopi juga sebagai ekowisata bagi dunia pariwisata dan memperkenalkan ke dunia luar bahwa Bener Meriah sebagai penghasil kopi terbaik dengan aroma dan cita rasa yang khas, selain itu juga alam eksotis dan dingin mendukung Bener Meriah sebagai wisata alam. Namun, sampai di usia yang ke-19 ini geliat sektor pariwisata belum berkembang dan pengembangannya pun hanya "setengah hati".

Refleksi Bener Meriah di HUT yang ke-19 dari perspektif kekinian, pandangan penulis bahwa Bener Meriah harus berbenah kehidupannya lebih baik lagi, terutama kehidupan para petani dan melindungi anak perempuan dari kejahatan seksual. Menempatkan hati dan pikiran membangun daerah yang lebih maju, berkembang, dan modern. Sehingga hiruk-pikuk di daerah dingin ini tetap dingin dan menikmati hawa dingin sebagai karunia Allah yang sangat mahal.

Dalam hal membangun Bener Meriah kembali kita merenungkan pemikiran Muhammad Iqbal, seorang pemikir dari Pakistan yang masa hidupnya umat Islam berada dalam kemunduran, masa itu umat Islam hidup statis dan fatalis. Iqbal menyadarkan umat Islam dari ketertinggalan, tidak bergairah, tidak kreatif, fatalis menuju kehidupan yang dinamis, kreatif, dan membawa energi positif dalam meningkatkan kualitas hidup umat Islam.

Selama masih berada dalam pemikiran yang sempit, statis dan tidak kreatif, daerah pun tak akan berkembang. Sebaliknya kreatif, dinamis, dan benar-benar menghadirkan hati dalam membangun Bener Meriah akan membawa Kabupaten Kopi ini ke gerbang kejayaan dan kesejahteraan. 

Selamat Hari Ulang Tahun (HUT) Bener Meriah ke-19 membangun pertanian dan wisata menuju Bener Meriah belangi.[]

*Penulis: Kolumnis Gayo

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...