Review Buku Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi

Desi Anwar, salah satu penulis hebat Indonesia, dengan buku terbarunya Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi. Buku ini berisi bagian-bagian yang membuat kita menyadari arti hidup. Di sepanjang bukunya, Desi Anwar mengajak pembaca untuk meletakkan gadgetnya dan menyatu dengan alam.
Buku ini berisi ajakan untuk membangun hubungan baik dengan sesama, lingkungan, hewan, tumbuhan dan alam sekitar. Jangan biarkan kebisingan media sosial menyeret kita ke bawah, melupakan atau mengabaikan hal-hal penting di sekitar kita. Kapan terakhir kali kita melihat langit cerah dengan awan?
Kapan terakhir kali kita berjalan di sekitar rumah dan menyapa tetangga kita? Kapan terakhir kali kita mempelajari sesuatu yang baru? Pernahkah kita mengamati makanan yang masuk ke dalam tubuh kita?
Kita sering kali terdistraksi oleh banyak hal, oleh perkataan orang, kebiasaan buruk, acara TV yang buruk, aktivitas yang tidak berguna, kesibukan yang tidak ada habisnya, dan bahkan smartphone yang dirancang untuk mendukung kehidupan dapat membuat kita kecanduan dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar kita.
Going offline adalah undangan untuk melakukan perjalanan yang membawa kita ke jantung kehidupan nyata itu sendiri. Ke pusat di mana kita berada, untuk menemukan dunia luar dan bahkan di dalam. Penulis menawarkan aktivitas lain yang bisa dilakukan tanpa gadget. Melakukan hal-hal yang sederhana namun bermakna, tetapi penulis meyakinkan bahwa itu benar-benar dapat dipraktikkan sedikit demi sedikit.
Setidaknya Desi Anwar mengingatkat pada kita untuk sesekali menjadi tidak peduli pada arus informasi yang selalu berkembang setiap detiknya, pada update terbaru kegiatan teman di media sosial, pada segala hal yang melupakan kita untuk menikmati udara dan pemandangan sekitarnya.
Bersukacitalah dalam hal-hal kecil yang santai yang tidak diperhatikan dapat membawa kita keluar dari kesibukan yang tidak biasa bagi orang-orang di sekitar kita. Mungkin tidak ada salahnya sesekali offline dan merasa percaya diri. Santai dan jangan terburu-buru. Mendengarkan musik sambil minum kopi di pagi hari, merapikan tempat tidur di pagi hari, jalan-jalan, mengobrol dengan tetangga sambil membersihkan halaman, makan bersama orang tersayang, dan masih ada banyak hal yang bisa dinikmati.
Saya sangat terkesan dengan tulisan mendengarkan tubuh di sini. Alih-alih mengkonsumsi apa yang kita suka, penulis mendorong kita untuk makan apa yang dibutuhkan tubuh kita dengan mendengarkan kebutuhan tubuh kita. Disertai dengan contoh kehidupan nyata dari orang-orang yang telah mengalami betapa berbahayanya konsekuensi dari mengkonsumsi apa yang mereka sukai padahal tidak membutuhkannya.
Saat menulis tentang mengelola emosi, penulis menyadari bahwa kita tidak dapat mengontrol apa yang orang katakan atau lakukan kepada kita. Hanya kita yang dapat mengontrol reaksi kita terhadap kata-kata dan tindakan orang lain. Kita tidak ingin orang lain mengendalikan emosi kita.
Setelah membaca buku ini, saya merasakan sesuatu yang berbeda. Saya menjadi lebih sensitif secara emosional dan bersyukur atas hal-hal sederhana disekitar yang tidak disadari sebelumnya. Buku terbitan gramedia dengan 251 halaman ini sudah cover terbaru per 2022, nah apakah tertarik untuk membaca buku ini juga? Atau sudah membaca buku ini?
Bagi kalian yang membutuhkan waktu untuk melepas penat dari kesibukan dunia maya dan ingin lebih memahami makna kehidupan nyata, buku ini adalah tempat persinggahan yang tepat. Jadi, sudahkah kita mencoba Going offline?
Komentar