Satu dari Delapan Pasien Covid-19 di Indonesia adalah Anak

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan Satgas Covid-19 anak dan balita mempunyai resiko infeksi Virus Corona yang sama dengan orang dewasa.
Hal ini berdasarkan data Covid-19 di Indonesia, satu dari delapan pasien Covid-19 di Indonesia adalah anak-anak. Angka infeksi dan kematian anak usia 0-18 tahun pun meningkat seiring lonjakan kasus secara umum.
Menyusul kenaikan kasus Covid-19 pada anak, IDAI merekomendasikan peningkatan tracing dan testing pada anak, pemetaan data Covid-19 khusus anak, dan menyarankan penundaan pembelajaran tatap muka.
Namun Kementerian Kesehatan berkeras tetap pada SKB pembelajaran tatap muka secara terbatas, seraya tak henti mengingatkan para orang tua untuk taat protokol kesehatan dan tak membiarkan anak-anak berkegiatan di luar rumah.
Angka infeksi Covid-19 pada anak-anak di Indonesia merangkak naik seiring lonjakan kasus secara umum.
Data Satgas Penanganan Covid-19 per Minggu (20/06) menunjukkan 12,5 persen dari total kasus positif merupakan anak usia 0-18 tahun. Artinya dari total 1.989.909 kasus sebanyak 248.739 di antaranya adalah anak-anak dan balita.
Ketua IDAI, Aman Bhakti Pulungan memaparkan tingkat kematian atau case fatality rate pada anak terkonfirmasi Covid-19 tergolong tinggi yakni mencapai 3-5 persen.
Ia membandingkan kondisi anak di Indonesia dengan negara lain seperti Malaysia dan Singapura.
"Data kita banyak yang meninggal itu karena sistem kita banyak keterlambatan. Jadi bukan hanya sistem pelayanan kesehatan yang tidak baik, tetapi orang banyak juga yang tidak mau anaknya di-swab. Jadi banyak juga denial," ungkap Aman kepada Nurika Manan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (20/6/2021).
Mengingat angka positif virus corona di tanah air terus meningkat, IDAI merekomendasikan agar menghentikan sementara belajar tatap muka.
Aman mengemukakan, usulan menghentikan sementara belajar tatap muka mengingat angka positivity rate yang kembali melonjak.
"Kalau saya rasa untuk saat ini kita daring dulu harusnya. Walaupun awalnya kami merekomendasi kalau positvity rate di bawah 5 persen [sekolah bisa dibuka] tapi sekarang positivity rate tinggi sekali," tutur Aman.
"Sekarang bisa enggak kita positivity rate di bawah 5%? Kan enggak mungkin," ucap dia lagi menyangsikan.
Kendati mengakui angka anak terpapar Covid-19 tahun ini secara nasional lebih tinggi dibanding sebelumnya menyusul lonjakan kasus, pemerintah tetap akan melanjutkan pembelajaran tatap muka untuk daerah tertentu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung di Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan kebijakan masih merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terkait pembelajaran tatap muka secara terbatas dengan pelbagai ketentuan.
Lagipula, menurut dia, orangtua pun sebetulnya dibebaskan untuk memilih apakah hendak mengikutkan anak menjalani pembelajaran tatap muka atau tetap secara daring.
Dia meyakinkan pembelajaran tatap muka tetap bisa ditempuh secara terbatas di daerah tertentu sesuai syarat dan ketentuan yang diatur SKB.
Beberapa di antaranya misalnya guru dan tenaga pendidik sudah divaksinasi, menerapkan protokol kesehatan, menyiapkan sarana dan prasarana pencegahan Covid-19 hingga, mengatur skema rotasi jadwal pembelajaran juga kapasitas ruangan.
Menurut Nadia, pangkal soal melonjaknya penularan pada anak tak lepas dari peran sebagian orangtua yang abai protokol kesehatan. Bahkan kata dia, pada beberapa momen, orangtua justru menempatkan anak pada risiko tertular Covid-19.
"Karena banyak orangtua mengajak anaknya liburan dan ke mal," tukas Nadia.
"Sekarang belum PTM (Pembelajaran Tatap Muka) saja anak-anak sudah terpapar. Di sisi lain bilang enggak boleh PTM. Tapi lihatlah orangtua, kenapa anak-anak bisa terpapar? Orang tua melakukan berbagai risiko terhadap anaknya," imbuh dia lagi.
Senada dengan IDAI, Kementerian Kesehatan menekankan orang tua untuk membatasi kegiatan anak ke luar rumah.
"Menurut saya, kalau sekarang anak-anak itu meninggal dan anak-anak itu lebih banyak sakit, itu adalah kesalahan orang tuanya. Sudah jelas anak-anak tidak boleh keluar," kata Nadia lagi.[]
Sumber: BBCIndonesia
Komentar