Tiga Syarat Bebas Melakukan Maksiat
Sebagian dari ulama hikmah pernah berkata, “Jika engkau hendak ingin melakukan maksiat kepada Allah Swt, maka lakukanlah ditempat yang Ia tak bisa melihatmu, dan keluarlah dari bumi-Nya, atau makanlah rezeki selain dari-Nya.”

Allah subhanahu wata’ala menciptakan seluruh ummat manusia dan jin hanya untuk menyembahnya, namun sunguh sangat disayangkan seperti yang kita lihat sekarang ini betapa banyak khususnya dari golongan manusia yang melupakan hikmah dari penciptannya sendiri.
Sebagai umat Muslim yang menyembah Allah SWT kita diwajibkan untuk selalu patuh dan taat terhadap perintah Tuhan. Dengan taat maka kita akan dapat meraih predikat takwa yang mana dengan itu bisa membuat kita mendapatkan ridha-Nya hingga dimasukkan ke dalam surga.
Di zaman yang serba cangggih ini banyak kita temui manusia yang berlomba-lomba dalam bidang teknologi dan sains sehingga banyak penemuan-penemuan baru yang belum penah kita dapatkan sebelumnya.
Salah satunya penemuan sains yang membuktikan kebenaran hikmah dari setiap perintah yang dianjurkan dalam agama islam. Begitu juga dengan efek buruk dari setiap larangan yang ada dalam agama islam. Namun dibalik itu juga masih sangat banyak kita dapatkan umat muslim yang sering bahkan berkekalan dengan perbutan maksiat yang sudah jelas dilarang dalam agama Islam.
Sebagian dari ulama hikmah pernah berkata, “Jika engkau hendak ingin melakukan maksiat kepada Allah SWT, maka lakukanlah di tempat yang Ia tak bisa melihatmu, dan keluarlah dari bumi-Nya, atau makanlah rezeki selain dari-Nya.”
Sebagaimana yang kita ketahui setiap suatu perintah atau anjuran kebaikan dalam Islam pasti memiliki syarat dan ketentuan untuk melaksanakannya agar perbuatan tersebut dianggap legal dan sah, nah begitu juga dengan sebaliknya setiap larangan atau perbuatan buruk dalam islam juga memiliki syarat untuk mengerjakannya agar perbuatan tersebut dianggap legal juga.
Mungkin hal ini masih terasa asing bahkan aneh, namun berikut beberapa penjelasan syarat bagi kita untuk bisa melakukan maksiat dengan perasaan aman dan tentram.
1. Lakukanlah maksiat di tempat yang tidak dijangkau oleh Allah SWT.
Allah SWT adalah Zat yang memiliki sifat Maha sempurna, termasuk salah satunya kesempurnaan sifat Bashar yang artinya Maha melihat. Sifat bashar yang dimiliki Allah berbeda dengan bashar yang dimiliki makluk, karena bashar yang dimiliki Allah menjangkau seluruh makhluk yang telah diciptakan-Nya dan tak ada satupun yang bisa luput dari penglihatannya, sedangkan bashar yang dimiliki makhluk seperti manusia hanyak bisa melihat sejauh mata memandang.
Artinya sebesar apapun usaha kita untuk mencari tempat yang tak bisa dijangkau oleh penglihatan Allah maka kita tak juga akan pernah bisa mendapatkannya, karna semua pergerakan makhluk dibumi ini tak akan pernah luput dari pantauan-Nya.
2. Keluarlah dari bumi Allah SWT.
Tempat tinggal satu-satunya yang bisa dihidupi oleh manusia adalah bumi. Bumi dan seluruh kekayannya sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Mulai dari air dan oksigen yang melimpah ruah sehingga tak ada satupun planet yang bisa menandingi bumi dalam hal ini untuk menunjang kelangsungan hidup manusia.
Karena Allah SWT sudah menetapkan bumi sebagai tempat singgahan manusia sampai saatnya tiba. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-a’raf ayat 24-25 :
Artinya : Allah berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling menusuhi satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan. Allah berfirman “Disana kamu hidup, disana kamu mati dan disana pula kamu akan dibangkitkan.”
Ayat tersebut menerangkan bahwa hanya bumilah tempat yang nyaman dan aman bagi seluruh umat manusia, tapi akhir-akhir ini dapat kita ketahui banyak astronom yang berusah mencari tempat untuk melangsungkan kehidupan selain bumi seperti beberapa planet lain, namun hal itu tak mebuahkan hasil, nyatanya tak ada planet yang bisa ditinggali selain bumi, entah karena masalah minimnya persediaan air atau suhu yang tidak cocok dengan manusuia. Intinya jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan bumi lain selain milik Allah, karena semua benda bahkan yang ada diluar angkasa juga milik Allah Swt.
3. Carilah makanan selain dari rezeki yang Allah Swt berikan.
Rezeki merupakan salah satu perkara yang telah Allah jamin kepada hamba-Nya selain jadoh dan juga mati. Apa yang telah kita nikmati semenjak dalam kandungan sampai saat ini merupakan rezeki yang sudah Allah tetapkan bagi seluruh makhluk-Nya selama ia hidup, sehingga apapun yang telah Allah tetapkan menjadi milik kita tak akan pernah tertukar dan menjadi milik orang lain, dan apapun yang menjadi hak orang lain sampai kapanpun jua tak akan menjadi hak kita.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 6 :
Artinya : “Dan tidak ada satupun dari pada makhluk yang bernyawa dibumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya.”
Ayat tersebut menjadi dalil bahwa semua makhluk dibumi ini mendapatkan rezeki yang berasal dari Allah, jadi siapapun yang ingin mencari zat yang dapat memberi rezeki kepadanya selain Allah maka ia tak akan pernah bisa mendapatkannnya.
Demikianlah uraian singkat terhadap syarat- syarat yang harus dipenuhi bagi kita agar mendapatkan legalitas untuk melakukan maksiat. Seandainya kita mampu menunaikan ke tiga syarat tersebut maka sah bagi kita untuk melakukan maksiat, namun sayangnya kita sebagai makhluk yang dha’if (lemah) sudah pasti tidak akan pernah sanggup untuk memenuhinya. Betapapun dengan usaha yang begitu besar pasti tak akan ada seorangpun yang dapat memenuhinya.
Maka secara tidak langsung dengan adanya tiga syarat tersebut sama halnya juga dengan melarang kita untuk melakukan maksiat. Saudaraku ingatlah tiga hal ini selalu ketika timbul bisikan dalam dirimu untuk melakukan maksiat kepada Allah, maka insyaallah dengan sendirinya kita akan mengurungkan niat tersebut karena menyadari ketidak sanggupan kita dalam memenuhi ketiga sayarat tersebut, bahkan salah satunya pun tak sanggup. Jadi berhentilah untuk melakukan maksiat, bertaubatlah agar kita selalu hidup dalam ridha-Nya.
sumber : Umdah Edisi XVI (Transformasi Ilmu Dengan Kalam)






Komentar