Diupayakan Menjadi Standar Internasional

Tim Peneliti USK Kembangkan Riset Ruang Isolasi Penyakit Infeksi

Sebagai ketua peneliti Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU., ASEAN.Eng., juga menyampaikan bahwa kegiatan penelitian Rispro-KI saat ini merupakan tahapan kesatu. Pada tahapan kedua, diseminasi akan dilakukan dengan skala yang lebih luas lagi.

Waktu Baca 11 Menit

Tim Peneliti USK Kembangkan Riset Ruang Isolasi Penyakit Infeksi
Ketua Peneliti Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU., ASEAN.Eng.

BANDA ACEH, READERS — Universitas Syiah Kuala (USK) bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh dan Perhimpunan Rumah Sakit (Persi) Aceh, gelar diseminasi penguatan tata udara ruang isolasi rumah sakit di masa pandemi Covid-19, di Hotel Hermes Banda Aceh, Kemarin.

Acara ini bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian Riset Inovatif Produktif (Rispro) Kolaborasi Internasional (KI) yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI).

Hasil penelitian berupa tata udara baru untuk ruang isolasi rumah sakit dipaparkan oleh ketua peneliti Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU., ASEAN.Eng.

Anggota Peneliti, Dr.-Ing. Rudi Kurniawan, ST, M. Sc sedang menjelaskan ruang isolasi

Prof. Samsul mengatakan, tata udara baru ini ditujukan untuk menguatkan ruang isolasi rumah sakit yang digunakan pada masa pandemi covid-19. Pada paparan tersebut, ditunjukkan bahwa pengembangan dan penyebaran virus bergantung kepada suhu, kelembaban dan aliran udara di dalam ruang isolasi.

"Karena itu, penguatan tata udara dapat dilakukan dengan mengatur dan mengoptimalkan sistem AC agar temperatur, kelembaban dan aliran udara dapat menghambat laju penyebaran virus di rumah sakit," katanya.

"Mudah-mudahan hasil penelitian ini juga mampu untuk kita jadikan standar internasional nantinya. Tapi untuk tahap awal kita akan buat jadi standar nasional. Lebih efisien dengan harga yang tidak mahal, jadi semua RS di Aceh memiliki standar yang sama," ujar Prof Samsul Rizal.

Ketua LPPM USK, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin, S.Si., M.Tech 

Sebagai ketua peneliti Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU., ASEAN.Eng., juga menyampaikan bahwa kegiatan penelitian Rispro-KI saat ini merupakan tahapan kesatu. Pada tahapan kedua, diseminasi akan dilakukan dengan skala yang lebih luas lagi.

Pada tahapan ketiga, akan dilakukan diseminasi secara nasional dan finalisasi standar nasional ruang isolasi dan tata udaranya. Beliau juga menegaskan bahwa tim peneliti akan mengembangkan sekat tak kasat mata dan human interface menggunakan Kecerdasan Artifisial untuk mewujudkan “smart isolation chamber” atau ruang isolasi cerdas.

Inti dari pada penelitian ini adalah menciptakan suatu inovasi ruang isolasi pasien yang terpapar penyakit yang menular melalui udara seperti misalnya Covid-19. Ruang isolasi diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi dokter dan pasien.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) wilayah Aceh, Dr.dr.Azharuddin,Sp.OT., K-Spine.FICS menyampaikan, diseminasi ini diikuti oleh direktur rumah sakit dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh.

Para peneliti Rispro-Kl USK bersama 

Direktur Rumah Sakit dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh 

Ia mengingatkan, agar tidak menganggap pandemi hanya sekali saja, karena ia merupakan sebuah siklus. Karena itu, pentingnya resiliensi untuk menyambut pandemi di masa depan.

"Pentingnya resiliensi untuk mempersiapkan diri untuk pandemi di masa depan. Semoga penelitian ini akan menghasilkan ruang isolasi berstandar nasional yang lebih murah namun tetap efektif," ujar Azharuddin.

"Selama ini ada ruang isolasi tekanan negatif, namun mahal (milyaran). Harapannya bagaimana mendesain dan memodifikasi ruang yang sudah ada dengan menekan harga," ucapnya.

Lebih jauh, ia berharap, produk (penelitian ini) bisa dinikmati langsung, berbiaya rendah dan memperhatikan kebaruan. RS menginginkan ruang isolasi yang baik, nyaman bagi dokter/tenaga kesehatan, pasien dan keluarga serta tidak ada crossing penyakit.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua LPPM USK, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin, S.Si., M.Tech mengatakan, penelitian ini dipandang sangat penting sebab bertujuan untuk melindungi para nakes yang bekerja di ruangan tersebut.

"Bahkan dalam paparan saat kunjungan pihak LPDP dalam rangka monitoring untuk penelitian tersebut di USK telah disampaikan keberadaan ruangan ini dapat mengatur aliran udara, yang bisa menjamin patogen dalam ruangan itu tidak keluar, sehingga lingkungan kerja sekitar menjadi lebih aman," kata  Taufik.

"Alhamdulillah sangat berbangga hati karena hasil penelitian ini menjadi suatu ruangan standar nasional. Hasil penelitian ini selama tiga tahun, semoga betul-betul dapat diimplementasikan di seluruh RS yang ada di Aceh," ujarnya lagi.

Belajar Dari Penanganan Covid-19 di Aceh

Sejalan dengan itu, Ketua IDI Wilayah Aceh, DR. dr. Safrizal Rahman, M.Kes, Sp.OT berkisah tentang perjuangan menghadapi Covid-19 di Aceh. Waktu itu, RSUZA dan RS Cut Mutia belum siap. Namun pada saat itu harus disiapkan sebab menjadi pusat rujukan Covid-19.

Salah satu langkah yang diambil adalah membuat ruang RICU/Pinere dengan memanfaatkan ruang yang ada.

Safrizal berterimakasih kepada pihak USK yang banyak membantu banyak dimana salah satunya adalah menyiapkan lab infeksi yang mampu melakukan uji usap.

 "Kita menggalang dan mendistribusikan bantuan berupa APD atau logistik bagi tenaga kesehatan. Bersama USK mendirikan mendirikan lab infeksi untuk pemeriksaan Covid-19. Kita berterimakasih kepada USK atas pendirian laboratorium ini dan hasilnya juga baik," ucap Ketua IDI Aceh.

Pihaknya berharap, dengan adanya penelitian ini bisa memberikan manfaat yang banyak. Menurutnya, ini langkah maju di sektor infeksi. Kerena ke depan tantangannya akan semakin banyak. Penyakit infeksi akan semakin beragam. Jadi dengan adanya penelitian dan ruangan yang dimaksud, Indonesia dan Aceh lebih siap.

"Saya yakin USK sudah selangkah ke depan. Ini langkah awal penciptaan baru dan bisa mandiri di bidang kesehatan. Kita betul-betul berharap ada ruangan standar yang baik untuk digunakan dalam menanggulangi penyakit infeksi," ujarnya.

Menurutnya, IDI bisa menjadi jembatan informasi untuk RS di Aceh, bahwa sedang ada ruangan yang disiapkan. Upaya ini bisa disampaikan bukan hanya pihak RS, tetapi pimpinan  daerah seperti bupati ataupun walikota di wilayahnya masing masing.

"Kita ingin ke depannya, tidak pakai baju hazmat lagi saat masuk ke ruangan isolasi, cukup masker saja. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyiapkan ruangan yang memiliki kemampuan Biosafety Level-3 (BSL-3). Kita ingin punya lab BSL3 di USK, jadi bisa meneliti penyakit yang berbahaya," tuturnya.

Semantara itu Dekan Fakultas Kedokteran USK, Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, Sp.PD-KGH menegaskan, penelitian ini harus terus berlanjut. Ketika pandemi Covid-19 berakhir, bukan berarti ruang isolasi ini tidak diperlukan lagi. Ruang isolasi ini juga bertujuan untuk pasien-pasien sepsis, seperti pasien filariasis yang kasusnya masih ditemukan di sekitar kita.

“Meskipun pandemi Covid-19 akan berlalu, sepsis merupakan kasus yang akan selalu dihadapi oleh Rumah Sakit. Maka dari itu, pentingnya ruang isolasi ini lebih panjang daripada pandemi itu sendiri,” kata Prof. Maimun.

Ia mengajak semua pihak untuk menyokong penelitian ruang isolasi ini.

Untuk diketahui, Tim Riset USK diketuai oleh Rektor, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU., ASEAN.Eng. Beranggotakan, Prof. Dr. dr. Maimun Syukri Sp.PD-KGH, Dr. Ir Hamdani Umar MT., Dr. Ir Razali Thaib M.Si, MT., Dr. Irwansyah ST., M.Eng., Dr.-Ing. Rudi Kurniawan, ST, M. Sc., Dr Sarwo Edhy Sofyan ST., M.Eng., dan dr. Harapan M.Infect.Dis, DTMH, PhD. USK juga berkolaborasi dengan Prof. T.M. Indra Mahlia, M.Eng dari University of Technology Sydney, Ultimo, New South Wales Australia.

Sumber:USK

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...