Peneliti Sebut, Hama PBKo Kembali Serang Kopi Gayo di Musim Panen 2025 -2026
Akibat hama itu, kata Kasman, warna buah kopi berubah menjadi kuning sehingga berjatuhan dan copot dari batangnya. Menurutnya, hama jenis PBKo awalnya hanya bisa ditemukan pada ketinggian 800 Mdpl.
Foto: Dok. Kasman DediBENER MERIAH, READERS, — Peneliti kopi dari Lembaga Enveritas dan Yamada Spire asal Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, Kasman Dedi, SP, mengungkap bahwa sebagian buah kopi arabika Gayo khususnya di Kabupaten Bener Meriah, kembali diserang hama Penggerek Buah Kopi (PBKo).
“Salah satu faktor penyebabnya adalah karena serangan hama PBKo, akibat serangan hama ini, serangan buah kopi menjadi sangat merugikan petani," kata Kasman Dedi, Kamis (25/9/2025).
Akibat hama itu, kata Kasman, warna buah kopi berubah menjadi kuning sehingga berjatuhan dan copot dari batangnya. Menurutnya, hama jenis PBKo awalnya hanya bisa ditemukan pada ketinggian 800 Mdpl.
"Namun akibat perubahan iklim global, hama PBKo sudah bisa hidup pada ketinggian 1.600 Mdpl. Ini penyakit serius, salah-salah masyarakat di sini bisa gagal panen," ucapnya.
Lebih lanjut Kasman Dedi menjelaskan, bahwa PBKo adalah singkatan dari Penggerek Buah Kopi, atau nama ilmiahnya dikenal dengan Hypothenemus Hampei, yang merupakan hama serangga (kumbang) yang menyerang buah kopi sehingga menyebabkan kerusakan biji, penurunan mutu, serta penurunan produksi kopi secara signifikan.
Menurutnya, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1.
Serangga jantan hampir tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103 hari, sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari.
“Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 dan daya rusaknya satu hamparan wilayah,” ujarnya.
Kasman mengatakan pandemi PBKo harus diwaspadai oleh masyarakat khususnya petani. Pemerintah daerah juga perlu mengambil langkah-langkah serius terukur untuk menanggulangi serangan hama PBKo.
Tidak hanya itu, musim panen kopi tahun 2025-2026 di Kabupaten Bener Meriah mencatat sejarah penjualan buah kopi cherry atau merah sudah menggunakan metode rimbang.
“Yang mengapung dihargai Rp4000-Rp5000 perkilonya, situasi ini tentu sangat berdampak terhadap ekonomi petani kita,” tutupnya.[]










Komentar