Warkop, Sumber Ekonomi yang Fantastis Era Milenial

Abdan Syakura Manejer Solong Jepe, Kota Banda Aceh. (Readers.id/Junaidi)
Penulis:

Membahas soal warung kopi di Aceh tentu sangat menarik dan tidak akan ada habisnya. Meskipun Aceh dikenal dengan negeri seribu warung kopi (warkop), namun ada sisi-sisi yang cukup istimewa jika membahasnya secara umum. 

Kian hari, warung kopi di Aceh semakin bertambah saja. Tidak hanya itu, meningkatnya warkop juga ternyata semakin menambah peminat dan peminum kopi. Baik warung kopi yang berukuran minimalis hingga warkop-warkop besar.

Sisi menarik yang saat ini menjadi sasaran adalah omset yang didapatkan dari warung kopi cukup fantastis. Tidak heran sehingga kenapa kemudian Aceh dikenal dengan negeri seribu warung kopi. Dengan adanya ribuan warung kopi, tentu negeri ini akan aman dari ekonomi.

Tingginya omset dari setiap warung kopi di Aceh tergantung banyaknya peminat dan penikmat kopi. Namun kali ini tim READERS.ID mengulas soal salah satu warung kopi yang brandnya cukup dikenal di Banda Aceh, yaitu Solong Kopi.

Warung kopi Solong di Banda Aceh terletak diberbagai lokasi, misalnya seperti di Lamnyong, Ulee Kareng, Lambhuk, Pango, juga di pusat kota Banda Aceh, di samping jembatan Penayong.

Menurut salah seorang manejer di salah satu Warkop Solong di Kota Banda Aceh, Abdan Syakura, mengungkapkan kalau soal pertumbuhan warung kopi pasca covid-19 dinilai cukup fatastis. 

“Saya sadar bahwa pasca covid banyak sekali perkembangan yang sangat siginifikan dibanding sebelum covid dulu. Kenapa saya katakan demikian, pasca covid orang Aceh sangat suka dengan kopi dan ketika covid tiba kita dilarang untuk ngopi dan dilarang untuk berkumpul atau social distansing,” kata Abdan Syakura di Kota Banda Aceh.

Nah sekarang lebih bebas, lanutnya, jadi menambah penghasilan warung kopi dan terbukanya lapangan pekerjaan. Warung-warung sebelumnya tutup kini buka kembali jadi setidaknya kita pun bisa mendapatkan penghasilan dan orangpun bisa bekerja.

Karena saat ini pasca covid-19 cari kerja pun susah. “Sekarang Alhamdulillah dengan keadaan yang sekarang warung kopi dan promosi Aceh soal kopi juga luar biasa sangat siginifikan untuk menambah ekonomi di Aceh”.

Abdan mengungkapkan, untuk Solong sendiri memiliki tiga cabang di bawah Cik Din atau Ustadz Syarifuddin. Dikatakan, masing-masing outlet berbeda-beda penghasilan.

Dia menyebutkan, perkiraan dari masing-masing outlet tersebut adalah, untuk Solong Jepang atau jempatan Pango, perkiraan kotornya 400 juta lebih dalam perbulan.

"Karena dari antara Solong yang ada di Banda Aceh, Solong Jepang ini yang paling ramai," ujarnya.

Sementara Solong Jepe rata-rata 250 keatas perkiraan. Sedangkan Solong galeri yang khusus jual souvenirnya skitaran 250-an juta perbulan. 

Soal omset dan membangkitkan ekonomi di Aceh, menurutnya sebagai generasi muda memang harus terus belajar.

"Harapan ke depan sebagai pemuda terus belajar dan kembangkan potensi diri walaupun kita ngopi, namun ada ilmu yang baru. Dan mimpikan suatu saat sekarang ini kita bekerja dengan orang dan suatu saat kita punya sendiri," kata alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini.

Ia juga mengajak dan meyakini bahwa suatu saat generasi muda pasti juga terdorong untuk membuka lowongan pekerjaan melalui usaha-usaha yang telah dibangun.

“Kalau sekarang kita berkerja dengan orang, suatu saat kita mempekerjakan orang,” jelasnya.

Dari itu, kehadiran warung kopi tentu menambah meningkatnya ekonomi di Aceh dengan capaian dan pendapatan yang fantastis. Terlebih Aceh adalah Negeri Seribu Warung kopi, tentu dengan adanya kopi akan membangkitkan semangat ekonomi.

Soal meningkat dan bertambahnya ekonomi masyarakat di Aceh tentu menjadi harapan dari semua orang khususnya dari Pemerintah Aceh. Kini pemerintah Aceh melalui berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah terus mendorong peningkatan ekonomi Aceh sesuai tupoksi masing-masing.

Salah satu SKPA yang paling fokus dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Aceh adalah Dinas Koperasi dan UKM Aceh. Hingga kini, dinas satu ini terus melakukan beragam kegiatan bimbingan teknis berwirausaha baik di bidang kopi, usaha rumahan, umkm dan sebagainya.

Tidak hanya itu, kegiatan ini tidak hanya sebatas bimtek melainkan juga dibekali pendukung alat kerja. Pemerintah Aceh terus mengupayakan untuk memberikan peralatan kerja bagi pelaku usaha di bidangnya masing-masing.