Raih Gelar Doktor Deangan Predikat Cumlaude
Zulfadli Menemukan Pathogen Baru, Penyebab Gejala Penyakit “Mate Teumbon” pada Nilam Aceh
Prof Rina menjelaskan, penelitian yang dilakukan Zulfadli telah menghasikan dua kebaharuan. Pertama menemukan penyebab penyakit mati teumbon atau mati bujang yaitu Bakteri Enterobakter Sp dan menemukan teknologi pengendalian secara terpadu, dengan kosep berkelanjutan.

BANDA ACEH, READERS — Zulfadli, mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian (DIP), Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, raih gelar doktor dengan predikat cumlaude.
Capaian istimewa tersebut diperolehnya setelah ujian promosi doktor yang berlangsung Rabu (30/8/2023). Ia menyelesaikan pendidikan doktor dengan masa studi 3 tahun 0 bulan, dan menjadi mahasiswa ke-19 yang lulus dari Program Studi DIP USK.
Zulfadli mempertahankan disertasinya dengan judul Pengendalian Penyakit Layu pada Tanaman Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) secara terpadu, dalam sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin oleh Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat USK, Prof. Dr. Ir. Taufiq Saidi., M. Eng., IPU.
Penelitian yang dilakukannya dinilai sangat strategis dalam menangani permasalahan serangan penyakit pada tanaman nilam Aceh.
Hasil penelitian yang ia lakukan melalaui pengamatan, sampling dan identifikasi secara morfologi dan molekuler, berhasil menemukan pathogen yang pertama pada nilam. Patogen tersebut adalah bakteri enterobacter Sp penyebab penyakit mate teumbon pada nilam.
Tahapan riset lainnya ia juga menguji teknologi pengendalian secara terpadu, dan menemukan bahawa nimba dan miroba antagonis Tricoderma serta Bacillus thuringiensis adalah yang terbaik menurunkan serangan penyakit di lapangan.
Dalam kesempatan berbeda, Prof. Dr. Ir. Rina Sriwati, M.Si selaku pembimbing dan promotor mengatakan, penelitian yang dilakukan oleh Zulfadli berfokus pada bagaimana pengendalian penyakit secara terpadu dapat di aplikasikan di lapangan untuk mengatasi permasalahan petani nilam khususnya di daerah sentra produksi nilam di Aceh.
Penelitian ini juga berlandaskan pada konsep pertanian berkelanjutan yaitu memanfaatkan agen biologi dan meminimallisasi pestisida kimia.
"USK saat ini melalui Pusat Riset Atsiri Research Center yang tengah bergerak maju untuk mengekspor minyak nilam dan memperkenalkan produk turunan minyak nilam Aceh ke dunia dan tentu saja produksi nilam sehat tanpa menggunakan pestisida kimia sangat dibutuhkan. Pembeli manca negara sangat selektif memilih produk ini," ujar Rina.
"Produksi minyak nilam Aceh sangat diminati dunia Internasional sedangkan kemampuan Aceh memproduksi minyak rendah maka penelitian ini merupakan penelitian yang sangat strategis, " ujarnya Prof. Rina bersemangat.
Menghasilkan dua kebaharuan
Prof Rina menjelaskan, penelitian yang dilakukan mahasiswa yang ia bimbing tersebut telah menghasikan dua kebaharuan. Pertama menemukan penyebab penyakit mati teumbon atau mati bujang yaitu Bakteri Enterobakter Sp dan menemukan teknologi pengendalian secara terpadu, dengan kosep berkelanjutan.
Penelitian yang dilakukan Zulfadli sangat berkontribusi untuk dunia pendidikan kepada masyarakat luas mengingat tugas dan tanggungjawabnya selaku praktisi yang saat ini menjabat Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Dinas Pertanian Aceh, sangat relevan mendistribusikan pengetahuan aplikatif ini kepada masyarakat.
"Penelitian itu merekomendasikan teknik pengendalian secara terpadu dengan memanfaatkan tepung nimba, jamur Trichoderma dan bakteri Bt. Ketiga bahan ini dapat diproduksi secara lokal oleh petani namun membutuhkan sosialisasi secara terintegrasi antara peneliti selaku akademisi di perguruan tinggi dan praktisi yang mendampingi petani di lapangan," ujar Prof. Rina
Komentar