Aceh Inflasi 0,25 Persen, Pengamat: Perputaran Uang Minim, APBA Tak Sentuh Rakyat

Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan, Aceh mengalami inflasi sebesar 0,25 persen pada Mei 2021 (m-to-m).
Pengamat Politik dan Ekonomi Aceh, Dr Taufiq Abdul Rahim mengatakan, inflasi di bawah satu persen artinya perputaran uang sangat minim di Serambi Mekkah.
"Dengan inflasi kita harap menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi. Kalau 0,25 persen atau di bawah 1 persen, artinya perputaran uang sangat minim di Aceh," kata Dr Taufiq saat dihubungi readers.ID, Rabu (2/6/2021).
Menurutnya, guyuran dana Otsus sebesar Rp 7 triliun untuk Aceh dan APBA 2021 sebesar Rp 16,9 triliun harusnya berdampak pada masyarakat, terutama menyasar para UMKM serta sektor mendasar lainnya seperti pertanian dan perikanan.
"Masalahnya sekarang, dana Otsus dan APBA sebesar triliunan rupiah tidak menyentuh sektor riil yang menggerakkan perekonomian rakyat. Hanya dikuasai oleh elite tertentu melalui berbagai proyek yang diarahkan pada pembangunan fisik," ungkap Dr Taufiq.
Pengamat Politik Ekonomi sekaligus akademisi Universitas Muhammadiyah Aceh itu juga menyoroti kebijakan Pemerintah Aceh yang malah mematikan perekonomian rakyat seperti pemberlakuan jam malam pada kafe dan penutupan tempat wisata seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Ini sangat kita sayangkan. Kelihatan sekali Pemerintah Aceh panik, malah mematikan sektor riil bahkan tanpa kompensasi sekalipun," ungkapnya.
Dr Taufiq berharap, adanya perencanaan anggaran dan kontrol yang jelas terutama mendorong pemberdayaan UMKM agar pertumbuhan ekonomi di Aceh dapat dirasakan ke depan.
"Misal pemberian bantuan usaha. Rakyat itu jauh lebih jujur daripada pejabat, kalau mereka dibina, diatur dan dikontrol betul-betul, mereka akan patuh," ungkap Dr Taufiq.
"Ke depan lebih baik perbanyak pemberdayaan masyarakat daripada pembangunan fisik. Supaya kita dapat mengejar ketertinggalan seperti kemiskinan dan pengangguran yang menyelimuti Aceh selama ini," pungkasnya.[acl]
Komentar