Apa itu Yahudi, Nasrani dan Islam?

Waktu Baca 9 Menit

Apa itu Yahudi, Nasrani dan Islam?
Husaini Algayoni (Ist.)

Oleh: Husaini Algayoni*

Yahudi, Nasrani, dan agama Islam adalah agama serumpun berasal dari Allah yang disebut dengan agama monoteisme, adapun monoteisme adalah agama tauhid, dasar ajarannya adalah Tuhan Maha Esa, agama ini juga disebut dengan agama-agama Semitik-Abrahamik.

Agama dalam perspektif pengelompokan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: agama wadí (natural religions) atau agama alamiah, agama yang timbul di antara manusia dan lingkungan di mana hidup.

Adapun agama-agama yang tergolong dalam agama wadí antara lain: agama Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan Shinto.

Sementara agama samawi (revealed religions) atau agama yang diwahyukan adalah agama-agama yang diturunkan Allah menjadi petunjuk bagi manusia dan menjadi manusia-manusia yang hypergood yang tercerahkan antar sesama, adapun agama samawi yaitu: agama Yahudi, Nasrani, dan agama Islam.

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mengucapkan kata Yahudi, Nasrani, dan Islam. Tapi tahukah kita, asal-usul kata dari ketiga kata tersebut? Karena itu, dalam tulisan singkat ini penulis mencoba menguraikannya dengan menjelaskan asal-usul kata dari Yahudi, Nasrani, Islam, dan satu kata lagi yaitu Shabi’in, yang mana kata ini terdapat dalam QS. al-Baqarah: 62.

Kata Yahudi diambil dari nama Yahuda, anak tertua dari Nabi Yakub. Sebab itu disebut juga Bani Israil. Dengan demikian, nama agama Yahudi lebih merupakan agama keluarga daripada agama untuk manusia pada umumnya.

Ada juga yang memahami kata Yahudi berasal dari bahasa Arab, yang berarti kembali bertaubat, dinamai demikian karena bertaubat dari penyembahan anak sapi.

Nashara, disebut dengan Nasrani. Dibangsakan kepada desa tempat Nabi Isa dilahirkan, yaitu desa Nazaret (dalam bahasa Ibrani) atau Nashirah (dalam bahasa Arab). an-Nashara terambil dari kata Nashirah yaitu satu wilayah di Palestina, di mana Maryam dibesarkan dan dari sana dalam keadaan mengandung.

Ibu Nabi Isa, Maryam menuju Bait al-Maqdis dan sampai di Betlehem Maryam melahirkan Nabi Isa dan dari Isa digelar oleh Bani Israil dengan Yasu’ dari sini pengikut-pengikut Nabi Isa dinamai nashara yang merupakan bentuk jamak dari kata nashry atau nashiry.

Islam secara etimologi berasal dari kata salima-yaslima-silman (salaman) yang berarti damai dan sejahtera. Kata salima menjadi aslama-yuslimu-islaman yang berarti tunduk, patuh dan taat atau masuk ke dalam kedamaian karena adanya sifat tunduk, patuh dan taat. Secara terminologi Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan agama yang berintikan keimanan dan perbuatan.

Sementara Shabi’in menurut asal katanya adalah orang yang keluar dari agamanya yang asal dan masuk ke dalam agama lain, sama juga dengan arti asalnya yaitu murtad; sebab itu, ketika Nabi Muhammad mencela-cela agama nenek moyangnya yang menyembah berhala, lalu menegakkan paham tauhid, Rasulullah dituduh telah shabi’ dari agama nenek moyangnya oleh orang Quraisy.

Kata ash-shabi’in ada yang berpendapat diambil dari kata shaba’ yang berarti muncul dan nampak. Ada juga yang memahami kata saba’ satu daerah di Yaman dimana pernah berkuasa ratu Balqis dan penduduknya menyembah matahari dan bintang. Ada lagi yang berpendapat bahwa kata ini adalah kata lama dari bahasa Arab yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia di Irak.

Berbicara masalah agama monoteisme, Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya mengatakan bahwa agama yang dianut manusia ada yang bersifat primitif dan telah meninggalkan fase keprimitifan. Dinamisme, animisme, dan politeisme merupakan agama primitif, sementara agama yang telah meninggalkan fase keprimitifan adalah agama monoteisme.

Satu pembahasan menarik dari Karen Armstrong, dalam bukunya Sejarah Tuhan: Kisah 4000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia. Salah satu teori yang disebutkan adalah teori dari Wilhelm Schmidt dalam The Origin of the Idea of God, menyatakan bahwa sudah ada suatu monoteisme primitif sebelum manusia mulai menyembah banyak dewa.

Awalnya mengakui hanya ada satu Tuhan Tertinggi yang telah menciptakan dunia dan menata urusan manusia dari kejauhan. Kepercayaan terhadap satu Tuhan Tertinggi disebut Tuhan Langit, karena diasosiasikan dengan ketinggian. 

Dalam teori Schmidt selanjutnya, di zaman kuno, Tuhan Tertinggi digantikan oleh tuhan-tuhan kuil pagan yang lebih menarik, dengan demikian hanya ada satu Tuhan dan monoteisme pun merupakan salah satu ide tertua yang dikembangkan manusia untuk menjelaskan misteri dan tragedi kehidupan.

Menelaah agama sesuatu hal yang rumit dan menarik untuk ditelaah, dari segi definisi dan asal usul katanya saja bervariasi, sebagaimana diungkapkan Quraish Shihab, agama adalah satu kata yang mudah diucapkan dan mudah juga untuk menjelaskan maksudnya (bagi orang awam), tapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat lebih-lebih bagi para pakar.

Pembahasan agama luas dari berbagai perspektif dan keurgenan agama bagi manusia sangat penting. Agama merupakan ajaran tentang philosophy and way life. Pandangan filosofis adalah gambaran menyeluruh, prinsip dasar, atau world view (weltanschaung) tentang kehidupan yang dijadikan pedoman/pegangan oleh setiap pribadi dan masyarakat dalam menjalani hidup. Pandangan filosofis tersebut mengandung hakikat hidup, fungsi utama, dan tujuan hidup. (Bustanuddin Agus, 2006: 57).

Keurgenan agama bagi manusia merupakan fitrah, dengan segala kelebihan dan kesempurnaan yang dimiliki manusia masih membutuhkan yang namanya agama. Karena itu, manusia tidak bisa jauh dari agama dan manusia yang tidak butuh dan jauh dari agama adalah manusia sombong dan memiliki hati yang gersang.[]

Bahan Bacaan:

– Baiquni., dkk, Ensiklopedi Alquran: Dunia Islam Modern. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2005

– Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982

– Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI Press, 1985.

– M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

– Sayid Sabiq. Akidah Islam: Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung: Diponegoro, 1993.

– M. Quraish Shihab. Membumikan Alquran. Bandung: Mizan, 2006.

– Kafrawi Ridwan dan M. Quraish Shihab (ed), Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1997.

– Karen Armstrong. Sejarah Tuhan: Kisah 4000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia. Terjemahan Zaimul Am. Bandung: Mizan Pustaka, 2018.

*Penulis: Kolumnis Gayo.

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...