Cerita Azwir, Eks Ketua PPI saat Ramadan di Turki

Waktu Baca 4 Menit

Cerita Azwir, Eks Ketua PPI saat Ramadan di Turki
Eks Ketua PPI Turki, Azwir Nazar. Foto: Istimewa

Mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki Periode 2016-2017, Azwir Nazar bercerita bagaimana suasana Ramadan di tempat runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyah atau kerajaan terakhir Islam itu.

Saat masih di Turki, cerita Azwir, bila tiba bulan Ramadan ia selalu sengaja datang dari Ankara ke Istanbul agar bisa salat tarawih di Masjid Sultan Muhammad Al-Fatih, yakni sang penakluk kota Konstantinopel.

Ada beberapa hal menarik puasa di Turki terutama sebelum Covid-19 menurut pria yang juga Alumnus Doktoral Komunikasi Politik di Haccettepe University Ankara, Turki itu. Pertama, nasihat tarawihnya tak panjang-panjang, tetapi menusuk.

"Misalnya, telah datang pada kita bulan Ramadan, bulan mulia penuh berkah. Memberi makan orang yang berpuasa itu anugerah besar. Turki banyak pengungsi Suriah, Irak dan lain-lain. Barang siapa yang menolong dan memberi makan kepada mereka, maka sama seperti kaum Anshar dan Muhajirin masa nabi. Berlomba-lombalah," kata Azwir menirukan penceramah di Turki melalui keterangan tertulisnya kepada readers.ID, Senin (19/4/2021).

"Kemudian esok harinya masyarakat di sana ramai-ramai melakukan hal tersebut. Jadi İslam diwujudkan dalam realitas sosial, sehingga betul betul dapat dirasakan manfaatnya," tambah pria yang juga Founder Yayasan Cahaya Aceh itu.

Kedua, pemerintah di Turki mulai tingkat desa/kecamatan (Bölge), setiap bulan Ramadan menyediakan teratak untuk berbuka puasa. Masyarakat boleh menyumbang, tetapi pemerintah menjadi pendorong utamanya.

"Jadi yang membutuhkan iftar (buka puasa) akan antri dan datang ke sana. Termasuk para musafir atau pelajar mancanegara yang tinggal di situ," ungkap Azwir.

Ketiga, suasana berbuka puasa massal, terutama di depan Blue Mosque dan Hagia Sophia. Biasanya, cerita Azwir, ada sekitar ada 10 ribu orang yang berbuka puasa di sana.

"Ada yang datang dari kecamatan-kecamatan dengan menggelar tikar dan menjaga kebersihan. Syiar yang demikian suatu hari saya pikir bisa kita lakukan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh," sebut Azwir Nazar yang juga mantan Ketua Umum Ikatan Siswa Kader Dakwah (Iskada) 2003-2005 itu.

Di sisi lain, Azwir juga menyampaikan harapannya supaya Aceh harus kembali menjadi referensi Islam, bukan saja bagi nusantara, tetapi juga bagi Asia Tenggara dan Dunia.

"Tugas kita menyiapkan generasi ini menjadi lebih baik, lebih hebat, secara ikhlas, ikhtiar yang kuat dan saling mendukung," ucap Azwir.

"Dan Masjid Raya Baiturrahman ini sudah seharusnya memiliki TV atau saluran media yang bagus. Agar narasi tentang İslam dan Aceh harus bisa dimulai dari mimbar dan menara-menara masjid. Kita harus menghadirkan lagi Islam yang rahmatan lil'alamin. İnsya Allah kita terus berbuat, memberi contoh dan saling menguatkan," pungkasnya.[]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...