OPINI

Desa Rumpuen dan Kentalnya Kearifan Lokal

Waktu Baca 8 Menit

Desa Rumpuen dan Kentalnya Kearifan Lokal
Fahmi Rezeki (dua dari kanan) saat berpose bersama sembilan peserta KPM lainnya di Desa Rumpuen. (Foto for Readers.id)

Oleh Fahmi Rezeki*

Genap enam hari, penulis dan ratusan teman-teman lainnya mengikuti Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Pidie Jaya. KPM, sebuah pengabdian yang diselenggarakan oleh kampus dimana kami mencari ilmu yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.

Kehadiran kami menapakkan kaki di bumi Pidie Jaya ini berbekal pengetahuan dan pengalaman yang selama ini di tekuni saat berada dalam dunia perkuliahan. Tentu para peserta KPM dengan antusias menyambut baik kegiatan ini.

Saut maut suara kehangatan ditunjukkan masyarakat Pidie ketika para peserta pengabdian tiba. Selanjutnya, ada yang di jemput dengan menggunakan mobil pribadi oleh bapak geucik (kepala desa) nya, ada juga yang memakai mobil sewaan untuk memfasilitasi peserta KPM yang tiba di sana dari masing-masing gampoeng (desa) di Pidie Jaya.

Dari beberapa kampung yang ada di Pidie Jaya, Desa Rumpuen menjadi tempat Penulis dan 10 orang lainnya ditempatkan untuk mengabdikan diri selama sebulan lebih. Sekilas, desa ini berada di pemukiman Beuracan, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Saat tiba di sana, desa ini cukup mencuri perhatian kami. Keindahan alam dengan panorama sungai indah nan dangkal menjadi daya tarik tersendiri di daerah itu.

Sekilas nilai kehidupan di desa Rumpuen ini, masyarakat sebagian besar berprofesi sebagai petani. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggarap ladang dan sawah. Layaknya sumber kehidupan yang utama, sawah dan ladang menjadi napas bagi mereka yang tak akan pernah di biarkan tercemar

"Bagi kami, ladang dan sawah adalah hobi. Seorang petani dapat menghasilkan zat besi yang besi itu sendiri tidak bisa membuatnya," begitu ungkap Irwanuddin, Geuchik Desa Rumpuen ini.

Selain keindahan alam dan profesi dari masyarakat di desa ini, dari sisi kearifan lokalnya juga masih begitu kental. Desa Rumpuen masih dibalut dengan selimut keislaman yang melekat dalam sanubari warga hingga membuat desa ini cukup populer di wilayah itu dengan sebutan pusat ilmu pengetahuan agama di pemukiman Beuracan.

Peserta KPM ikut serta memeriahkan kegiatan MTQ di Desa Rumpuen, Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. (Foto for Readers.id)

Hal ini jelas, kami pun menemui para ibu ibu mengaji kitab kuning yang digelar seminggu tiga kali. Kemudian anak anak belajar Al-Qur'an dan kelas tilawah sehingga menciptakan banyak generasi generasi Qari' dan Qari'ah berkualitas dan berkompeten.

Dengan jumlah penduduk sekitar enam ratusan jiwa menjadikan desa ini padat penduduk. Lantas tiba petang dan sore hari, remaja dan pemuda desa Rumpuen menyudutkan diri di lapangan bola di dekat sungai bekas galian c. Elok nanindahnya tempat ini, hingga menyuguhkan panorama alami yang khas juga ditemani kicauan burung seolah melantukan irama kegembiraan, dan hijaunya persawahan Desa Rumpuen. 

Melangkah ke dunia pendidikan, di desa Rumpuen ini masyarakat sudah banyak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan namun tidak lupa juga memperdalam ilmu agama. Menurut seorang imam muda di Desa Rumpuen, Jaistullah menilai generasi di desa itu ditempa menjadi regenerasi yang saleh dan saleha.   

"Aset terbesar bagi masyarakat Rumpuen adalah anak anak shaleh dan shaleha yang mampu menerapkan ajaran ahli Sunnah wal jama'ah, juga mampu memberi manfaat bagi ayah dan ibunya di Padang Mahsyar kelak," katanya. 

Selanjutnya menurut seorang warga asli Rumpuen dan juga seorang akademisi, Dr. Suadi, M.Si berpandangan bahwa hari ini anak-anak di kota tidak lagi menerapkan bahasa ibu atau bahasa suku mereka masing-masing dengan sempurna, namun di desa tersebut justru menegaskan untuk fasih berbahasa. Artinya, ketegasan dalam melestarikan adat budaya dan bahasa menjadi keharusan di Desa Rumpuen.

"Ketika hari ini anak anak di kota tidak lagi mampu menerapkan bahasa suku mereka dengan sempurna, namun di rumpuen anak anak sangatlah fasih berbahasa," kata staf pengajar di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe (Unimal) ini.

Dia juga menegaskan ketika ada anak anak rumpuen yang berbahasa Indonesia di desa justru membuatnya khawatir hilangnya identitas diri seperti yang sudah terjadi di beberapa daerah.

Tidak hanya soal kearifan lokal dibalut dengan Islam yang tinggi, di Desa Rumpuen juga memiliki benda bersejarah dan mereka menamainya Taktok. Benda ini merupakan benda bersejarah di Desa Rumpuen yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Biasanya alat ini digunakan untuk memanggil peristiwa peristiwa penting seperti berita kematian, berita untuk berkumpul, peringatan maulid nabi, dan hari besar lainnya.

Penulis mengakui, Desa Rumpuen ini adalah desa yang ramah dan bersahaja dan tentunya masyarakat antusias dan sangat memuliakan tamu. Semoga desa ini terus menjadi saksi bahwa Islam masih ada dengan kebudayaan lokal yang terjaga dan terus menciptakan generasi generasi Qurani dan paham akan ilmu-ilmu Agama Islam. Semoga.

*Fahmi Rezeki merupakan mahasiswa aktif semester delapan di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Saat ini sedang mengikuti Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Gampoeng Rumpuen, Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...