Digitalisasi dan Pembiayaan Inklusif Topang Nilam Aceh Berkelanjutan

Inovasi digital seperti MyNilam dapat terhubung dengan regulasi perlindungan konsumen. Dengan begitu, petani nilam bisa mendapat akses pembiayaan yang aman, adil, dan berkelanjutan

Waktu Baca 5 Menit

Digitalisasi dan Pembiayaan Inklusif Topang Nilam Aceh Berkelanjutan

READERS, BANDA ACEH - Atsiri Research Center (ARC) PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) dengan dukungan International Labour Organization (ILO) melalui program Promise 2 Impact, menyelenggarakan focus group discussion bertema “Financial Technology Support for Empowering the Digital System Development of Patchouli Oil Industry in Aceh” di Hotel Ayani, Banda Aceh, Kamis, 21 Agustus 2025.

Kegiatan ini menghadirkan lintas pemangku kepentingan, mulai dari lembaga keuangan, pemerintah, industri, hingga kelompok petani nilam, dengan tujuan untuk memperkuat ekosistem digital industri minyak nilam Aceh melalui dukungan keuangan inklusif dan berbasis teknologi.

Peserta yang hadir, antara lain, perwakilan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh, Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank BTN Syariah, Bank Aceh Syariah, Permodalan Nasional Madani (PNM), BPR Mustaqim, PT U-Green Aromatic, serta mitra petani nilam (BSI Maslahat). 

Beberapa topik utama yang dibahas di antaranya terkait dengan akses pembiayaan yang inklusif dengan sistem digital seperti MyNilam. Kehadiran aplikasi tersebut diharapkan dapat memudahkan petani dalam mengakses pembiayaan syariah dan kredit usaha rakyat berbasis data yang tervalidasi. 

Dalam forum ini, OJK menekankan pentingnya perlindungan konsumen serta peluang penyaluran pembiayaan kepada petani yang dapat diwadahi melalui agenda Bulan Inklusi Keuangan.

“Kami mendorong agar inovasi digital seperti MyNilam dapat terhubung dengan regulasi perlindungan konsumen. Dengan begitu, petani nilam bisa mendapat akses pembiayaan yang aman, adil, dan berkelanjutan,” ujar Dian Mira Larasati, perwakilan OJK.

Perwakilan BTN Syariah, Muhadi Eko, menyoroti perlunya transparansi data petani dalam proses pembiayaan. “Ke depan, credit scoring model yang kami gunakan akan lebih kuat jika didukung aplikasi MyNilam. Hal ini bisa meminimalisasi potensi penipuan sekaligus meningkatkan kepercayaan perbankan,” jelasnya.

Sementara itu, Bank Syariah Indonesia (BSI) mengapresiasi pembaruan aplikasi MyNilam yang mempermudah analisa perbankan. 

“Kami melihat MyNilam sudah memberi gambaran nyata produksi petani. Harapannya, aplikasi ini bisa segera terintegrasi dengan data resmi sehingga proses pembiayaan lebih akurat,” ungkap Andi Kurniawan dari BSI.

Perwakilan dari Bank Aceh Syariah juga menambahkan perspektif keberlanjutan produksi nilam. “Pertanian nilam tidak hanya soal produksi, tapi juga bagaimana pembiayaan dan pembinaan berkelanjutan bisa membantu petani menghadapi risiko gagal panen dan penurunan omzet,” ujar Danu Nugraha, perwakilan Bank Aceh Syariah. 

Selain itu, BPR Mustakim juga memaparkan jika pihaknya telah merealisasikan hampir Rp697 juta pembiayaan pascapanen bagi petani nilam di Lhoong (Aceh Besar) dan Panga (Aceh Jaya). Sedangkan PNM juga melibatkan 41 nasabah dalam program pendampingan bersama ARC dan OJK.

Sementara itu, Ketua ARC USK, Dr. Syaifullah Muhammad, menekankan pentingnya dukungan finansial di titik kritis rantai pasok. 

“Pasar ekspor, seperti ke Perancis, akan tetap menjaga harga layak selama kualitas nilam terjaga. Namun, pembiayaan yang tepat waktu sangat dibutuhkan untuk meringankan beban biaya petani. ARC akan terus menjadi penghubung antara petani dan pasar, tapi perbankan harus hadir untuk memperkuat akses keuangan,” tegasnya.

Perwakilan ILO, Yanis Saputra, menyampaikan bahwa model kolaborasi ini bisa direplikasi di daerah lain. “Kami melihat apa yang dilakukan di Lhoong bisa menjadi contoh nasional. Yang penting, bunga pinjaman kepada petani harus lebih rendah agar memberikan kenyamanan dan keberlanjutan usaha,” ujarnya.

FGD ini menegaskan bahwa digitalisasi ekosistem nilam Aceh tidak hanya membutuhkan inovasi teknologi, tetapi juga dukungan financial technology untuk memperkuat pembiayaan inklusif, membangun integrasi hulu–hilir, dan memastikan keberlanjutan industri.

ARC PUI-PT Nilam Aceh bersama ILO berkomitmen melanjutkan kolaborasi lintas lembaga untuk mewujudkan industri nilam Aceh yang lebih berdaya saing di pasar global.

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...