Dirumahkan Selama Pagebluk, Dua Dosen USK Sukses Budidaya Jamur

Waktu Baca 8 Menit

Dirumahkan Selama Pagebluk, Dua Dosen USK Sukses Budidaya Jamur
Proses pembersihan jamur setelah dipanen. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Dirumahkan karena pagebluk Covid-19 melanda Aceh, tidak membuat dua orang staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Syiah Kuala (USK) berhenti untuk berinovasi. Memanfaatkan waktu kosong, mereka sukses membudidaya jamur merang di Desa Beurabong, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar.

Berkat ketekunannya membudidaya jamur merang yang cengeng dan sensitif ini. Mereka saat ini sudah bisa memetik hasil, kendati jalan yang ditempuh membudidaya jamur merang tidak semulus dan lurus jalan tol Sibanceh.

Pernah jatuh bangun sejak pertama kali mencoba budidaya jamur merang tersebut. Beberapa gagal panen, kemudian mereka bangkit kembali sejak awal memasuki 2020 lalu. Setelah mereka dirumahkan karena aktivitas belajar-mengajar dihentikan secara tatap muka, tetapi secara daring.

Dua dosen ini membudidaya jamur merang tidak menggunakan fasiltas modern. Tetapi menggunakan tandan sawit sebagai media tanam yang dinilai cukup hemat dan sehat karena tanpa bahan kimia.

Sebelum bibit jamur merang ditabur di tandang sawit. Tandang sawit itu direndam air terlebih dahulu sebagai proses permentasi selama 10 hingga 15 hari, lalu ditaburkan dedak sagu. Setelah itu bibit jamur merang ditaburi di tandang sawit itu.

Produk jamur masih jarang ditemukan di pasar secara konsisten. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Ilham Maulana mengaku, tercetus niat membudidaya jamur merang setelah dirinya dirumahkan karena pagebluk Covid-19. Karena banyak waktu kosong di rumah, ia bersama rekannya seprofesi mencoba untuk membudidaya jamur merang sekitar akhir 2019 lalu.

Semakin kuat tekadnya membudidaya jamur merang, karena saat itu bertemu dengan ahlinya. Selain itu juga menyalurkan hobinya bertani. Lalu ia coba tekuni budidaya jamur merang, niat awalnya hanya untuk konsumsi sendiri.

“Mulai 2019, kita dirumahkan, gak masuk kantor, punya banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang baru, saya memilih menanam jamur, kebetulan bertemu dengan ahlinya, awalnya untuk hobi aja, untuk makan sendiri, ternyata banyak hasilnya,” kata Ilham Maulana, Senin (16/8/2021).

Panen jamur dilakukan selama beberapa hari setelah proses pembibitan. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Budidaya jamur merang bagi Ilham Maulana memiliki tantangan sendiri. Karena jamur merang ini sangat sensitif dan harus selalu dijaga kondisi kelembabannya dan diberikan penguapan yang cukup.

“Kesulitannya jamur merang ini cengeng dia, sensitif,” kata Ilham Maulana.

Budidaya jamur merang yang ditekuninya tidak berjalan mulus. Ia pernah mengalami gagal panen tidak tanggung-tanggung, yaitu selama 4 kali. Padahal untuk budidaya jamur merang ini membutuhkan modal yang lumanyan besar, kisaran antara Rp 40 juta modal awalnya.

“Kami saja sempat mengalami empat kali gagal total berturut-turut, gagal panen,” ungkapnya.

Kendati mengalami gagal panen, Ilham bersama rekannya tetap tak putus arang. Ia tetap terus mencoba dan memperbaiki kesalahan yang pernah dibuat. Setelah beberapa kali gagal, berkat ketekunannya berhasil memanen jamur merang hingga sekarang mencapai 100 kilogram hingga 150 kilogram setiap bulannya.

“Sedikit aja permasalah bisa gagal, bisa lembek, ringan, kriting, bibit kotor sedikit saja, kalau terkontaminasi dengan yang lain, nanti yang lain keluar, bisa keluar jamur yang gak bisa kita makan,” jelasnya.

Proses panen jamur dari rumah pengembangan jamur. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Setelah panen jamur merang  harus segera dipasarkan, karena tidak dapat disimpan lama. Bila sudah berselang hari, jamur tersebut tidak segar lagi dan bahkan bisa membusuk. Sehingga setiap panen Ilham harus berpikir segera dipasarkan dan harus habis.

Kondisi ini juga menjadi tantangan lain paska panen. Terlebih saat ini di Banda Aceh belum ada pengolahan paska panen. Sehingga bila panen puncak, pihaknya juga sempat kelimpungan untuk memasarkannya segera.

Jamur merang ini dipasarkan sekarang di Banda Aceh seharga Rp 60 ribu per kilogramnya. Pemasaran jamur merang milik Ilham masih dipasarkan kalangan rumah tangga dan kolega terdekat, karena produksinya masih terbatas. Baik menggunakan media sosial maupun melalui pesan singkat dari whatAps.

“Harus dipasarkan segera, karena kondisinya cepat sekali membusuk, sore itu sudah kurang nyaman dikonsumsi, sudah mengering, mengembang,” jelasnya.

Ilham menjelaskan, bila hendak budidaya jamur merang dalam jumlah besar. Maka yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah  pemasaran paska panen. Bila tidak ada yang menampung untuk dijadikan produk paska panen, dipastikan bila diproduksi banyak pembudidaya akan merugi, karena jamur tersebut tidak bisa disimpan lama.

“Sistem pemasaran harus diperbaiki, produk paska panen juga, intinya setiap ada panen puncak yang besar langsung bisa ditampung oleh produk paska panen bisa memperlama masa simpan,” ungkapnya.

Proses panen jamur dari rumah pengembangan jamur. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Kata Ilham, meskipun jamur merang itu sudah dipanen atau dipetik. Tetapi kondisinya jamur  itu masih hidup. Makanya solusi agar jamur itu tidak membusuk adalah dengan ada pengolahan paska panen, paling tidak harus segera dimatikan sel hidup jamur tersebut agar tidak berkembang.

“Kondisi paling disemi masakkan, dibunuh dulu dia, sebenarnya walau sudah dipetik dia masih hidup, dimasak dulu dia, pada itulah dia berhenti berkembang,” jelasnya.

Ilham mengaku saat ini mulai berpikir untuk mengembangkan menjadi produk paska panen. Yaitu produk turunannya seperti penyedap makanan berbentuk kaldu jamur tanpa bahan pengawet maupun menjadi masker kecantikan yang alami.

Saat ini kedua dosen Fakultas MIPA USK ini juga sedang melakukan pembinaan kepada masyarakat sekitar cara budidaya jamur merang yang benar dan baik. Sehingga masyarakat sekitar dapat terbantukan secara ekonomi di tengah terdampaknya pagebluk Covid-19 di Nusantara ini.[]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...