FTBI 2023 Resmi Dibuka, Para Juara Akan Wakili Aceh ke Nasional

TAKENGON, READERS – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Provinsi Aceh yang berlangsung di Takengon dan Bener Meriah, resmi dibuka Bupati Aceh Tengah T Mirzuan di Aula Parkside Gayo Petro Takengon Hotel, Aceh Tengah, Senin (20/11/2023) malam.
T Mirzuan dalam sambutannya mengapresiasi Balai Bahasa Provinsi Aceh yang menggelar FBTI Aceh 2023 di Tanoh Gayo, yang berlangsung dari Senin hingga Rabu mendatang.
“Terima kasih atas kunjungannya ke Aceh Tengah dan telah memilih Aceh Tengah menjadi tempat kegiatan FTBI ini,” kata T Mirzuan, Senin (20/11/2023) malam.
Mirzuan menambahkan, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan masyarakat sehari-hari. Setiap daerah di Aceh memiliki bahasanya sendiri, khusus wilayah Dataran Tinggi Gayo yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues memiliki dan menggunakan Bahasa Gayo.
"Untuk itu penting sekali mempelajari bahasa daerah agar tidak tertinggal di jaman canggih ini, dan penting juga melestarikannya sebagai bagian dari revitalisasi bahasa kita,” ujarnya.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh Umar Salikhin menerangkan, FTBI Provinsi Aceh 2023 diikuti 108 orang peserta tingkat SD/MI dan SMP/MTsN dari Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.
Peserta akan berkompetisi dalam 6 cabang yang diperlombakan, yaitu Cabang Puisi Gayo (puisi), Cabang Cerite Singket, Cabang Kekeberen, Cabang Pedato, Cabang Jangin dan Cabang Seni Berakah (stand up comedy).
Umar Salikhin mengatakan, para juara pertama dari setiap cabang lomba akan dikirim ke Jakarta untuk mengikuti FBTI tingkat nasional yang akan digelar bersamaan dengan peringatan Hardiknas pada Mei 2024 mendatang.
Tidak hanya itu, sambungnya, para juara yang telah mendapatkan sertifikat nasional ini akan punya peluang besar untuk undangan talenta tingkat nasional maupun memanfaatkan sertifikatnya untuk pendidikannya ke depan.
Dia menyampaikan, kegiatan FBTI merupakan bagian dari upaya revitalisasi bahasa daerah, khususnya untuk bahasa-bahasa daerah yang terancam punah.
"Unesco menyebutkan bahwa ancaman bahasa daerah begitu menguat. Telah ada 300 bahasa dunia yang punah dan akan punah,” ujarnya.
Saat ini, kata Umar, Bahasa Gayo sendiri sebagai salah satu bahasa ibu di Aceh sedang mengalami dagradasi sehingga berada pada posisi "Rentan Punah".
Faktor penyebabnya adalah akibat berkurangnya jumlah penutur bahasa Gayo itu sendiri. Faktor berikutnya adalah banyaknya jumlah penutur bahasa lain.[HSP]
Komentar