Gubernur Aceh Bahas Investasi Hijau di Abu Dhabi

Di sela kunjungan ke Abu Dhabi dalam hal tindak lanjut letter of Intent pengembangan pariwisata di Pulau Banyak, Delegasi Aceh yang dipimpin langsung oleh Gubernur Nova Iriansyah memanfaatkan waktu untuk bertemu dengan pihak swasta guna membicarakan peluang investasi di Aceh.
Pertemuan tersebut berlangsung di Kantor Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC). Pada Rabu (4/4/2021) Gubernur Aceh bertemu dengan Przemek Lupa dan Fatima AlMadhloum AlSuwaidi dari Masdar (sebuah anak perusahaan Mubadala) untuk membicarakan kemungkinan investasi di bidang energi terbarukan di Aceh.
Masdar memiliki portofolio usaha di bidang energi berkelanjutan dan teknologi serta inovasi. Saat ini Masdar beroperasi lebih di 30 negara, melakukan investasi lebih US$ 19,9 Milyar dengan total energi yang dibangun sebesar 10,7 Gigawats.
Di Indonesia, anak perusahaan Mubadala itu saat ini sedang bersiap membangun pembangkit listrik tenaga matahari di Waduk Cirata, Jawa Barat dengan kapasitas 145 MW. Masdar sendiri merupakan simbol dari kebijakan transisi ekonomi Uni Emirat Arab dari berbasis sumber daya alam minyak dan gas menjadi berbasis pengetahuan dan keberlanjutan.
Dalam pertemuan dengan Masdar, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menyampaikan bahwa salah satu target pembangunan Aceh adalah meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi Aceh.
“Target ini sejalan dengan Program Unggulan Aceh Green dan Aceh Energi yang menjadikan energi terbarukan sebagai sasaran peningkatan dalam penyediaan energi di Aceh," kata Nova, Kamis (8/4/2021).
Pada kesempatan itu Nova menawarkan peluang bagi Masdar untuk menggantikan pembangkit energi berbasis fosil/diesel dengan pembangkit energi terbarukan, terutama di daerah kepulauan seperti Sabang, Simeulue dan Pulau Banyak.
Di samping itu, Kepala DPMPTSP, Marthunis menyebutkan Pemerintah Aceh akan menjamin bahwa proses perizinan investasi di Aceh mudah dan cepat.
“untuk mendapatkan rekomendasi Gubernur, dipastikan hanya membutuhkan waktu 10 hari kerja sejak perizinan diajukan dengan persyaratan yang lengkap," sebut Marthunis.
Dalam kesempatan yang lain, Gubernur Aceh juga melakukan pertemuan dengan Perwakilan Petro Gold Dubai terkait rencana investasi di hilirisasi kehutanan terutama komoditas kayu cendana.
Petro Gold sendiri merupakan perusahaan penyuplai minyak kayu cendana terkemukan di kawasan Timur Tengah. Dalam pertemuan di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Abu Dhabi.
Dalam pertemuan tersebut Perwakilan Petro Gold LLC, Arkash Shetty, menyampaikan bahwa perusahaannya telah menandatangani kesepakatan pembelian kayu cendana dengan salah satu kelompok tani hutan tahun 2020.
“Kami berkomitmen untuk membangun industri kayu cendana di Aceh. Sejalan dengan hal tersebut, kami sudah mendirikan badan hukum Indonesia yang bernama PT Eby Essentials sebagai bukti keseriusan berinvestasi di Aceh, ” jelas Arkash.
Tidak hanya itu, selain melakukan pembelian kayu cendana dari petani, PT Eby Essentials juga sedang mengajukan konsesi lahan kepada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh untuk penanaman kayu cendana.
Penanaman ini ditujukan untuk menjamin pasokan bahan baku untuk Industri yang akan dibangun di Kawasan Industri Aceh Ladong.
Arkash menambahkan, penanaman kayu cendana oleh PT Eby Essentials akan melibatkan transfer pengetahuan tentang bagaimana melakukan budidaya kayu cendana secara lebih cepat panen dan juga berkelanjutan.
Menanggapi rencana PT Ebby, Gubernur Aceh menyarankan agar segera direalisasikannya. Apalagi saat ini, PT PEMA sebagai pengelola KIA Ladong sedang menawarkan paket promosi investasi melalui pembebasan/pengurangan tarif sewa lahan. Prinsipnya First Come, First Serve. [ril]
Komentar