Kementan Tantang Universitas Syiah Kuala Kembangkan Kopi Gayo

Waktu Baca 4 Menit

Kementan Tantang Universitas Syiah Kuala Kembangkan Kopi Gayo
Petani memanen kopi arabika gayo, di Desa Sabun, Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (12/12/2020). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/hp.

Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak Universitas Syiah Kuala (USK) untuk mengembangkan Kopi Gayo dari berbagai aspek. Hal ini disampaikan Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkebunan, Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc dalam kunjungannya ke kampus akhir pekan lalu.

Menurutnya, kualitas dan ketenaran Kopi Gayo merupakan modal besar untuk dioptimalkan, dan bisa memenangkan banyak peluang di pasar global. Kopi Gayo dipandang bisa berbicara banyak dengan catatan terus melakukan sejumlah pembenahan.

"Saya tergelitik, tertarik karena USK punya laboratorium ataupun pusat penelitian kopi, kita butuh ini. Produksi kopi kita terbatas, apalagi produktivitasnya yang tidak lebih dari 0,8 ton per Hektar, gak sampai satu ton. Kalau bicara produktivitas, kita harus jemput dengan inovasi supaya meningkat," jelas Kasdi Subagyono.

Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pihaknya, USK dan sejumlah instansi terkait. Pertama, mengembangkan klon atau varietas baru yang produktivitasnya di atas satu ton. Saat ini, katanya, di lembaga penelitian Dirjen Perkebunan sudah memiliki klon atau varietas yang bisa menghasilkan 2,5 sampai 3 ton per hektar.

"Nanti USK punya yang berapa? Nah, ini tantangan. Kedua, bicara Aceh gak bisa lepas dari Kopi Gayo, mari angkat itu dan fokus. Kopi Gayo nantinya akan memancing pasarnya," bebernya.

Hal tersebut nantinya bisa dijembatani dengan sejumlah kebijakan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dimana salah satu yang telah diinisiasikan di tingkat global adalah: One Day With Indonesian Coffee and Fruit di luar negeri. Dirjen menyampaikan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, saat pihaknya melakukan lawatan ke luar negeri, Kopi Gayo mendapatkan tempat istimewa dengan harga yang bagus.

Terkait produktivitas, salah satu strategi yang dimiliki Kementan adalah replanting, ini terkait soal peremajaan kopi. Untuk itu, pihaknya memberikan tantangan bagi USK, bisa atau tidak kampus 'Jantong Hate Rakyat Aceh' ini membuat nursery, dan produksinya harus berjuta-juta.

"Toh kalau nanti sasarannya di Aceh sudah tercover, jangan berhenti di sini saja. Saatnya untuk mengembangkan Kopi Gayo di luar Aceh. Kalau USK punya nursery, maka pasarnya adalah program Kementan. Jadi langsung diserap nantinya," urai Dirjen Perkebunan ini.

Sementara itu, Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng antusias menyambut tantangan ini , dan siap berkolaborasi dengan Dirjen Perkebunan untuk menggarap kopi Gayo lebih unggul, baik secara kualitas maupun kuantitas.

USK akan langsung mendorong mahasiswa untuk KKN ke daerah penghasil kopi seperti Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues. Meskipun, sebelumnya juga sudah dilakukan. Rektor berharap, tidak hanya kopi, tetapi hal lainnya yang berkaitan dengan kopi juga dapat digarap bersamaan.

" Untuk mencapai itu, kita akan menggandeng mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Peternakan, Ekonomi dan Bisnis serta fakultas lainnya. Sehingga akan ada sumber daya baru yang bisa dihasilkan," papar Rektor.

Terakhir, USK berencana menghadirkan semacam kantin, galeri ataupun pusat kopi terlengkap di Aceh. Tujuannya demi literasi, promosi serta landmark bagi dunia perkopian.[SariAgri]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...