Mahasiswa PMM4 USK Seulanga Jelajahi Kota Tua Koetaradja

BANDA ACEH, READERS – Sebanyak 28 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Tanah Air yang tergabung dalam Mahasiswa Modul Nusantara (MN) PMM4 USK Kelompok Seulanga menjelajahi kawasan Kota Tua Koetaraja, Banda Aceh, Sabtu (2/3/2024).
“Ke-28 mahasiswa ini diajak berjalan kaki, menyusuri situs-situs sejarah di Banda Aceh mulai dari masa kesultanan, era kolonial, sampai hari ini,” kata Dr. Irfan Zikri, Dosen Pembimbing MN Kelompok Seulanga.
Dia menyebutkan, aktivitas dimulai dari kawasan Taman Sari, mendengarkan sejarah Koetaradja sambil menikmati kerindangan dan keindahan Taman Bustanulsalatin.
“Pada masa Kesultanan Aceh, taman ini merupakan tempat bersantai dan berkumpulnya keluarga Sultan Aceh,” cerita Pratitou Arafat, pemandu dari Kota Tanyoe.
Mahasiswa kemudian berjalan kaki menuju ke situs Gunongan Putroe Phang. Jovita Jasmin, Universitas Hasanuddin, Makasar mengungkapkan sangat terharu mendengar kisah cinta kasih Sultan Iskandar Muda kepada istrinya Putri Phang dari Negeri Pahang, Malaysia.
“Sangat romantis dan menginspirasi,” tambah Silfia Tianita Subhan, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Tepat di seberang Taman Putroe Phang, mahasiswa diajak bernostalgia ke zaman kolonial Belanda.
Pemandu Kota Tanyoe menjelaskan, bangunan bergaya arsitektur Eropa ini adalah Gendung Sentral Telepon Belanda pertama yang dibangun pada masa kolonial.
“Situs cagar budaya ini juga menjadi saksi keberadaan Korps Marechaussee te Voet, satuan militer Belanda yang dikenal Marsose,” jelas Pratitou.
Rute berikutnya adalah Meuligoe Aceh dan Gedung Juang. Gedung yang dibangun pada tahun 1880 M ini merupakan bekas kediaman Gubernur Belanda dan sekarang menjadi Rumah Dinas Gubernur Aceh.
“Gedung Meuligoe sangat keren dan klasik, perpaduan arsitektur Aceh dan Eropa,” komentar Iola Nashwa Aginza, mahasiswa arsitektur UPN Veteran Jawa Timur.
Iola juga sangat mengagumi keklasikan arsitektur Gedung Juang, simbol perjuangan berdirinya Republik Indonesia dari propinsi ujung paling barat.
Mahasiswa juga diajak melihat-lihat bangunan rumah tua bergaya klasik di Komplek Indies, kawasan perumahan peninggalan Belanda.
“Berada disini, seperti kembali ke lorong waktu masa kolonial,” ujar Muhammad Hadi, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Penuh semangat, mahasiswa melanjutkan destinasi ke situs Kandang XII atau Kandang Bait ar Rijal yaitu makam keluarga Kesultanan Aceh abad ke 16.
Pratitou menjelaskan Kandang merupakan istilah bahasa Persia “Kandazt” yang berarti bertemu atau pertemuan yaitu tempat berkumpul atau pemakaman bersama dari keturunan Sultan Aceh.
Jelajah kali ini diakhiri di menara air yang dikenal dengan Colonial Water Toren.
“Kegiatan modul nusantara kali ini memberikan kesan yang sangat luar biasa mengenal lini masa sejarah Kota Banda Aceh,” aku Muh. Ihwan Zaini, mahasiswa Universitas Hamzanwadi, Selong, Nusa Tenggara Barat.
“Jelajah kota tua ini sangat menginspirasi, memotret sejarah Koetaradja, kota penuh cinta kasih dan perjuangan,” timpal Muhammad Royul Muzaki, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun, Bogor, Jawa Barat.
Pelaksanaan kegiatan Modul Nusantara Seulanga dibantu oleh dua Liaison Officers Mahasiswa USK, Muhammad Rizki Rahmadani dan Syarifah Fathimah Azzahra.
Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Angkatan 4 di Universitas Syiah Kuala (USK) dirancang untuk mempromosikan pemahaman dan pertukaran budaya antara mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia, menciptakan persatuan dan kerjasama dalam kerangka NKRI.
Dengan berakhirnya jelajah Kota Tua Koetaraja, mahasiswa MN PMM4 USK Kelompok Seulanga mengambil pulang kenangan indah sejarah dan kekayaan budaya Banda Aceh.
Kegiatan ini mempererat persatuan dan pertukaran nilai-nilai antarbangsa, menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi mahasiswa seluruh Indonesia.[]
Komentar