Muhammad Rizal, Dari FEBI ke Pengusaha Minuman Kopi

Ya, bermodal yakin dan kemauan, akhirnya sosok Muhammad Rizal mampu membangun usahanya dengan menjual minuman kopi dengan mobil kopinya.

Author

Waktu Baca 10 Menit

Muhammad Rizal, Dari FEBI ke Pengusaha Minuman KopiFor Readers.ID
Muhammad Rizal SE, (Foto: Readers.ID/Junaidi)

BANDA ACEH, READERS – Pepatah memang menjadi salah satu motivasi yang tepat bagi sebagian manusia dalam menentukan arah dan tujuan kehidupan. Banyak orang meyakinkan diri dengan mengaktualisasikan hidup dari pepatah, bahkan menjadi perinsip hidup, seperti “Ada kemauan ada jalan”.

Ya, bermodal yakin dan kemauan, akhirnya sosok Muhammad Rizal SE, mampu membangun usahanya dengan menjual minuman kopi dengan mobil kopinya. Ia sediri menyebutnya dengan Wen Coffee.

Sebelumnya, alumni Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry ini menjadi satu-satunya karyawan mobil kopi milik paman (Pun: Red.Gayo) nya selama satu tahun. Ijal, begitu akrab sapaannya ini memulai dan belajar menghabiskan waktu bersama mobil kopi tersebut sebelum akhirnya wisuda.

Logo Wen Coffee. (Foto: Dok. Muhammad Rizal SE.)

Ia gabung menjalankan dagang pamannya ini sejak menyelesaikan kuliah dari UIN Ar-Raniry 2019 lalu. Waktu itu juga Ijal pernah mengikuti pelatihan meracik kopi atau menjadi seorang barista selama 45 hari di Banda Aceh. Dari pelatihan itu, dirinya juga sempat melakukan ujian kompetensi dan lulus.

Kembali ke awal, genab satu tahun bersama pamannya itu, akhirnya ia kepikiran untuk memiliki mobil sendiri untuk berjualan pasca wisuda pada Agustus 2019.

Awalnya, dirinya yakin dengan keputusannya itu. Ijal kemudian memberanikan diri menyampaikan kepada kedua orang tua untuk meminjam modal sebentar untuk mencapai tujuannya tersebut. Namun kedua orang tuanya belum yakin, sehingga tidak didukung.

“Akhirnya paman saya yang kemudian meyakinkan kedua orang tua saya. Setelah itu, saya belanja dan membeli mobil satu sesuai kebutuhan,” kata Ijal, saat ditemui di mobil kopinya di Banda Aceh, Rabu (31/8/2022).

Pergi pagi pulang petang, bahkan kembali disambung malam, demikianlah waktu itu dihabiskan Ijal untuk mencari penghidupan di pusat Kota Aceh ini. 

Pria kelahiran Tunyang, 25 Mei 1995 ini menyampaikan, awal pertama sekali menjual kopi tersebut berlangsung di Ulee Lhee, Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Namun waktu itu dirinya belum mendapatkan omset yang sesuai harapan. 

“Untuk omset pertama saya waktu itu hanya Rp50 ribu, bahkan hingga sebulan belum pasti omsetnya. Kadang ada sedikit, kadang enggak, hanya cukup untuk makan saja,” kata Ijal.

Tidak hanya sebulan Ijal didera omset demikian, melainkan selama dua bulan berturut-turut. Namun pada awal bulan ketiga pada 2019, Ijal akhirnya menjual di kantor Dinas Pengairan Aceh di Lhueng Bata, Kota Banda Aceh atas izin pimpinan kantor setempat.

“Alhamdulillah, sejak berjualan di kantor ini, baru kemudian omset yang didapat lumayan besar diatas Rp500 ribu perharinya,” ujar ijal.

Dari penghasilannya yang mulai meningkat, usaha ijal akhirnya kembali anjlok akibat Covid-19. “Waktu itu omset terjun payung, bahkan memang tidak bisa masuk ke kantor tersebut karena sosial distanting. Dikasih masuk, namun khusus delivery,” tambah anak pertama dari pasangan Ridwan dan Zainab ini.

Ijal menyebutkan bahwa selama dua tahun itu, omsetnya drastis tidak menentu. Hingga pada akhirnya covid-19 berlalu, dan kembali seperti biasa. Namun sayang, omset yang didapat tidak lagi sama seperti sebelumnya, melainkan dibawah itu.

Kendati demikian, Ijal tetap konsisten dan bersyukur dengan hasil pemasukan atas usaha yang ditekuninya itu. Pasca covid-19, dirinya juga masih mendapatkan keuntungan dibawah Rp500 ribu. 

Sisi lain yang menarik dari menjual kopi ini, katanya, saat adanya festival

besar yang diadakan pemerintaah, usahanya ini mampu meraih keuntungan mencapai jutaan dalam seminggu.

Hal itu terbukti pada agenda beberapa bu

lan terakhir ini yang diadakan pemerintah seperti Festival Kuliner di Taman Ratu Safiatuddin Kota Banda Aceh, HUT Bhayangkara RI di Stadiun Harapan Bangsa, Festival Kopi di Lapangan Blang Padang serta festival-festival lainnya.

Dalam kurun waktu sepekan, Ijal mampu meraih omset mencapai puluhan juta 10-15 jutaan. Diketahui juga, untuk kopi Arabika Gayo yang disediakan memang juga me

ningkat dari biasanya setengah sampai satu kilo perhari dapat menjadi 20 kilo roasbeen dalam seminggu.

“Nah disinilah bonus yang sebenarnya, karena untuk pendapatan mencapai tiga kali lipat,” bebernya.

Mengenai usahanya itu, Ijal berencana akan mengembangkan lebih lanjut usahanya tersebut menjadi lebih besar. Ia berharap, usahanya tersebut tidak hanya dibidang mobil kopi namun dapat berkembang dibidang yang lainnya seperti membuka kafe shop atau warung kopi.

“Harapannya ke depan ingin mengembangkan kembali usaha ini dalam bentuk kafe dan juga mobil kopi. Maksudnya tidak hanya saju jenis usaha, melainkan juga terdapat usaha lainnya,” pintanya.

Roasbeen Arabika Gayo

Untuk bahan dasar mobil kopi tersebut, Ijal tidak lagi repot-repot karena stok kopi banyak. Ia tidak juga payah harus membeli kepada orang lain, karena ia sendiri memiliki kebun kopi orang tuanya. Jadi, tidak payah lagi kecuali meroasting green been menjadi roasbeen.

Saat ditanyak untuk mengembangkan produk usaha lewat kemasan, ijal menyampaikan bahwa saat ini dirinya juga akan mewacanakan itu, namun untuk sementara waktu dirinya masih fokus menggeluti bidang mobil kopinya tersebut. “Ke depan akan ada rencana,” timpalnya.

Pandangan Berdagang 

Mengenai persoalan berdagang, ijal menyampaikan bahwa dirinya tidak akan pernah malu dalam berdagang, karena ia yakin di antara 10 pintu rezeki, berdangang yang menjadi paling banyak untuk mendapatkan penghasilan dibanding yang lainnya.

Terkait mengenai berdagang ini juga tentu memiliki keberkahan sendiri. Sebuah riwayat Muttafaqun ‘alaih disebutkan bahwa orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah.

Muhammad Rizal SE, sedang mengolah minuman. (Foto: Readers.ID/Junaidi)

Masih riwayat yang sama, jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang. (Muttafaqun ‘alaih).

Motivasi lainnya adalah, “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan selainnya, dari Ibnu ‘Umar, Rafi’ bin Khudaij, Abu Burdah bin Niyar dan selainnya).

Tidak hanya sebatas itu saja, Ijal yang merupakan alumni FEBI UIN Ar-Raniry Banda Aceh tentu konkrit dengan apa yang dipelajarinya sewaktu menimba ilmu di kampus Islam tersebut. 

Semoga, apa yang diharapkan mampu dicapai dan ditunaikan secara konsisten.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...