Pemerintah Setuju Nakes Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga

Waktu Baca 8 Menit

Pemerintah Setuju Nakes Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga
Suntikan vaksinasi covid-19. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Pemerintah Indonesia sudah setuju akan melakukan penyuntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga dan fokusnya untuk tenaga kesehatan. Karena meningkatnya jumlah kematian tenaga kesehatan saat ini.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyuntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga akan menggunakan vaksin Moderna, yang memiliki efikasi 94,1 persen.

Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sakidin dalam konferensi pers secara virtual pada Jumat (09/07/2021) dikutip dari BBCIndonesia.

Sebelumnya, beberapa epidemiolog mengusulkan pemberian vaksin dosis ketiga bagi para tenaga kesehatan di tengah meningkatnya jumlah kematian kolega mereka akibat Covid-19 dan tingginya peningkatan kasus positif.

"Vaksinasi kita masih belum mencakupi seluruh target vaksinasi, maka penting untuk kita pahami vaksinasi ketiga ini hanya diberikan kepada nakes," kata Budi.

Budi melanjutkan, vaksin yang dipakai untuk dosis ketiga ini adalah Moderna, untuk memberi "kekebalan yang maksimal terhadap variasi-variasi mutasi virus yang ada" dan supaya para nakes "bisa konsentrasi bekerja".

"Mereka [nakes] harus kita lindungi mati-matian," sebut Budi.

Vaksin Moderna rencananya akan datang pada Minggu (11/7/2021), dan pelaksanaan penyuntikan "diharapkan minggu depan bisa dimulai", menurut Budi.

Ia tak menyebut alasan pemakaian Moderna untuk penyuntikan dosis ketiga, namun sebelumnya, beberapa epidemiolog menyebut efikasi Sinovac yang rendah dibanding vaksin lain sebagai alasan mendorong perlunya booster.

"Efikasi Sinovac itu kecil 65,3 persen dibanding vaksin lain yang di atas 70%. Efikasi itu terus akan menurun dan melemah seiring waktu, apalagi ini sekarang sudah enam bulan [sejak pemberian vaksin pertama bagi nakes pada Januari]," kata Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, Senin (28/6/2021).

Menurut data yang diberikan oleh pembuatnya, vaksin Moderna atau mRNA-1273 memiliki efikasi 94,1 persen.

Indonesia mendapat hibah empat juta dosis vaksin Moderna dari Amerika Serikat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah menyetujui penggunaan izin darurat (EUA) beberapa hari yang lalu, seperti dikutip dari Detik.

Desakan Dosis Ketiga

Pemberian dosis ketiga ini disebut sebagai pendorong untuk meningkatkan atau menjaga efikasi vaksin Sinovac dan juga melindungi tenaga kesehatan dari serangan varian virus baru, seperti Delta yang dilaporkan lebih menular.

Hal tersebut diungkapkan epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko dan Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.

Tenaga kesehatan telah menerima vaksin Sinovac yang memiliki efikasi 65,3 persen berdasarkan data BPOM yang dimulai sejak Januari awal tahun ini.

Tapi, epidemiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, menilai perlu dilakukan penelitian lebih dahulu untuk melihat sumber virus yang menyerang nakes.

Jika berasal dari varian baru, seperti Delta, maka tidak akan ada gunanya jika dilakukan vaksinasi dosis ketiga.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) diketahui 949 tenaga kesehatan meninggal karena Covid-19.

Dari jumlah tersebut, terdapat 20 dokter dan 10 perawat yang meninggal walaupun telah menerima vaksin Sinovac - berdasarkan data Tim Mitigasi IDI dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan pemberian vaksin ketiga perlu dilakukan, salah satunya, adalah karena efikasi vaksin Sinovac yang rendah.

"Efikasi Sinovac itu kecil 65,3 persen dibanding vaksin lain yang di atas 70 persen. Efikasi itu terus akan menurun dan melemah seiring waktu, apalagi ini sekarang sudah enam bulan [sejak pemberian vaksin pertama bagi nakes pada Januari]," kata Yunis saat dihubungi, Senin (28/6/2021).

Untuk itu, tambah Yunis, tenaga kesehatan perlu mendapatkan imunisasi kembali, yaitu pemberian dosis ketiga.

Sehingga, mendorong antibodi dalam tubuh mereka tetap kuat atau bahkan meningkat.

"Tidak ada masalah [bagi kesehatan jika divaksin ketiga], malah antibodinya akan meningkat dan lebih melindungi tenaga kesehatan," kata Yunis.

Senada dengan itu, pemberian dosis ketiga diperlukan, menurut epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, karena munculnya varian virus corona yaitu Delta bahkan Delta Plus, yang lebih menular dan berbahaya.

"Pemberian vaksin ketiga, booster ini penting sekali untuk tenaga kesehatan, kalau memungkinkan lansia juga komorbid karena masalah varian baru ini, untuk meningkatkan proteksi," kata Dicky.

Dicky mengatakan, usulan ini muncul, juga karena belum adanya data yang memadai atas efektivitas vaksin yang ada dalam melawan varian baru.

"Booster ini sangat diperlukan untuk memperkuat respons antibodi terhadap varian baru, terutama Delta dan mungkin Delta plus. Selain meningkatkan imunitas, juga meningkatkan efikasinya dari ancaman varian baru," kata Dicky.

Epidemiologi dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mendukung pemberian vaksin dosis ketiga, namun terdapat dua hal yang perlu diperhatikan.

"Pertama, persoalan stok vaksin yang terbatas, karena targetnya adalah menciptakan kekebalan kelompok, jadi apakah efektif memvaksin mereka yang sudah dapat atau memberikan ke mereka yang belum divaksin?" kata Windhu.

Kedua, apakah vaksin Sinovac efektif dalam menangkal varian baru, sehingga perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu.

"Seperti contoh di Bangkalan, Madura, ada lima nakes yang meninggal, mereka sudah dapat dua dosis vaksin. Saya curiga ini karena varian baru, contoh mungkin varian Delta dari India yang memiliki daya tular tinggi dan kemampuan menghindari antibodi," kata Windhu.

"Nah kalau divaksin dosis ketiga, keempat, tidak ada gunanya jika variannya berbeda dengan vaksin ini [Sinovac] yang varian Wuhan. Sehingga perlu diriset dulu dengan pengurutan keseluruhan genom (whole genome sequencing), varian apa sebenarnya," tambah Windhu.[acl]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...