Pemerintah Ungkap Strategi Tingkatkan Penggunaan Energi Terbarukan

Waktu Baca 3 Menit

Pemerintah Ungkap Strategi Tingkatkan Penggunaan Energi Terbarukan
Ilustrasi - Petugas memeriksa panel surya terapung sebelum peresmian Pembangunan pertama PLTS Terapung Cirata di kawasan Waduk Cirata, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. [ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/hp]

Desentralisasi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) penting untuk diwujudkan agar Indonesia bisa menjadi produsen independen.

Pernyataan itu disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Dadan Kusdiana, dalam pembukaan Indonesia-German Renewable Energy Day 2021, pada Selasa (30/11/2021).

Tidak hanya itu, di acara tersebut, ia juga mengatakan, Indonesia juga bisa sekaligus ikut berkontribusi terhadap capaian target EBT dalam bauran energi nasional.

"Ada beberapa strategi yang kita bangun untuk meningkatkan EBT dalam konsep desentralisasi, pertama, implementasi rooftop solar program (PLTS Atap)," kata Dadan, dilansir dari Antara, pada Selasa (30/11/2021).

Dadan menuturkan melalui mekanisme tarif ekspor impor listrik nett metering, ditargetkan penggunaan solar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap akan mencapai 3,6 GW pada 2025.

"Ini juga akan berkontribusi untuk bisa mencapai target 26 persen EBT pada 2025. Sementara saat ini kita punya hampir 43 MW per Oktober 2021 dari PLTS Atap," katanya.

Lebih lanjut, Dadan mengungkapkan strategi lain yang akan didorong pemerintah yakni dengan mengintegrasikan permintaan dan pasokan EBT melalui pengembangan industri hijau.

Strategi tersebut, menurut dia, akan mampu menyeimbangkan sumber EBT yang tersedia dengan permintaan yang ada.

"Misal, untuk hydro (air), kita punya pasokan yang besar di Papua dan Kalimantan Utara. Karena pertimbangan sulitnya membawa energi ini ke pulau lain, maka pemerintah akan bawa industrinya ke situ," ungkapnya.

Dadan mengatakan pemerintah juga menerapkan dieselisasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dieselisasi juga disebutnya dapat menekan biaya karena penggunaan EBT.

Strategi selanjutnya, yaitu dengan mendorong penggunaan energi hijau untuk mendukung sektor perikanan. Dadan mengatakan strategi tersebut telah diimplementasikan di sejumlah pulau kecil di timur Indonesia atas kerja sama Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves).

"Kami mengimplementasi panel surya untuk fasilitas cold storage di pulau kecil di timur Indonesia untuk mendukung sektor perikanan di area terpencil sehingga ekonominya bisa tumbuh," imbuhnya.

Dadan mengemukakan dibutuhkan banyak inovasi untuk meningkatkan penggunaan EBT di setiap aktivitas di sektor permintaan.

"Dalam hal ini, startup juga didorong untuk bisa berkontribusi menyediakan solusi di sektor energi untuk bisa mencapai NDC dan target EBT di 2025," pungkas Dadan.[mu]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...