Pendidikan Seks di Aceh Masih Dianggap Tabu

Kasus pemerkosaan terhadap anak kandung kerap terjadi di Aceh. Terakhir, pria berinisial SM di Aceh Jaya tega memperkosa anak kadungnya sendiri berusia 14 tahun sebanyak 10 kali selama dua tahun terakhir. Pelaku ditangkap pada Jumat (16/4/2021) lalu, dan kini sudah diamankan oleh pihak kepolisian.
Menanggapi hal itu, pemerhati anak yang juga akademisi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Dewi Fitriani mengatakan, kasus seperti ini tidak lepas dari minimnya pendidikan seks dini terhadap anak, karena dianggap hal yang tabu.
"Pendidikan seks awal untuk anak itu perlu. Misal pengenalan anggota tubuh mana yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, harusnya diajarkan untuk anak," kata Dewi saat dihubungi readers.ID, Senin (26/4/2021).
"Jadi, si anak punya pengetahuan seks awal kalau misalnya dia sudah tidak nyaman, bisa melapor, kasih tahu ke ibunya atau ke orang lain yang dipercayanya," tambahnya.
Bila ada laporan seperti itu, lanjutnya, si anak akan segera mendapat advokasi dari orangtua terutama ibu, kemudian lingkungan masyarakat sekitar, hingga pendampingan dari sekolah dan pemerintah.
Dewi juga menyoroti mulai tergerusnya budaya 'pageu gampong' (melindungi warga di kampung) yang dulunya sangat kental di Aceh. Saat ini menurutnya, kepedulian tetangga dan masyarakat terhadap orang sekitar sudah minim karena dipicu berbagai faktor.
"Kecenderungan kita sekarang tidak lagi peduli terhadap lingkungan masyarakat sekitar kita, slogan jangan ikut campur urusan keluarga kami itu sudah sangat menguat. Sehingga ada keganjilan atau kejadian-kejadian seperti pemerkosaan ini, tidak lagi mendapat kepedulian dari tetangga," ungkap Dewi.
"Makanya ke depan, kita sebagai masyarakat harus mulai aware terahadap lingkungan sekitar dan meningkatkan kepedulian serta lebih peka dengan sesama tetangga," tambahnya.
Pentingnya pendidikan agama orangtua dan peran ulama
Hal lain yang tak kalah penting menurut Dewi adalah pendekatan orangtua khususnya ayah, melalui ulama-ulama dalam hal pendidikan seks yang berkaitan dengan agama.
"Apalagi dalam Islam, inses (hubungan sedarah) ini kan sangat dilarang dalam agama. Jadi mungkin para ulama pada saat khutbah Jumat, atau pengajian khusus untuk bapak-bapak, bisa diselipkan misal kepedulian terhadap keluarga, istri, anak. Karena memang perbuatan ini suatu hal yang sangat-sangat dilarang," tambahnya.
Selanjutnya, pemerhati anak sekaligus akademisi UIN Ar-Raniry itu juga mengingatkan agar tiap-tiap keluarga memperhatikan aktivitas anak di hadapan paman atau keluarga terdekatnya.
"Misal anak di depan pamannya yang laki-laki atau yang bukan muhrim, jangan pakaikan baju anak di hadapan mereka, karena itu akan memicu syahwat bagi beberapa orang. Apalagi sekarang dipengaruhi konten-konten di internet, semua itu bisa terjadi. Jadi hal-hal seperti ini perlu diperhatikan dalam keluarga ke depan," pungkasnya.
Komentar