Sulitnya Ekonomi, Ginjal Jadi Jalan Keluar Menopang Keluarga

Nooruddin salah satu diantara delapan orang lainnya yang mengaku menjual ginjal mereka. Ia merasa tidak punya pilihan lain selain mengorbankan ginjal dijual.

Author

Waktu Baca 3 Menit

Sulitnya Ekonomi, Ginjal Jadi Jalan Keluar Menopang Keluargasuara.com/shutterstock
Ilustrasi Jual ginjal (Shutterstock).

KABUL, READERS – Sulitnya ekonomi, pengangguran serta ditambah terlilitnya hutang, merupakan bagian yang harus dialami oleh kepala keluarga di Afghanistan. Untuk menopang itu, banyak orang-orang di negara ini rela mengorbankan organ ginjalnya untuk dijual demi penopang hidup.

Nooruddin salah satu diantara delapan orang lainnya yang mengaku menjual ginjal mereka. Ia merasa tidak punya pilihan lain selain mengorbankan ginjal mereka untuk didonorkan.

Harga ginjal itu pun memang tidak seberapa. Beberapa dari mereka mengaku menjual ginjalnya seharga US$1.500 atau sekitar Rp21,5 juta.

Praktik ini dikabarkan sudah menyebar luas di kota barat Herat ini. Bahkan pemukiman di tempat itu mendapat julukan desa satu ginjal. 

"Saya harus melakukannya demi anak-anak saya. Aku tidak punya pilihan lain," kata Nooruddin yang tinggal di kota tersebut, dekat perbatasan Iran, seperti yang dilansir dari Viva pada Minggu (20/3/2022), yang dikutip dari Aljazeera. 

Diketahui, orang-orang Afghanistan saat ini mengalami krisis keuangan akibat pengambilalihan Taliban. Perpindahan tangan ini membuat ratusan ribu pengangguran tersebar di seluruh negeri, termasuk Nooruddin. 

Karena putus asa, pria 32 tahun itu menjual ginjalnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya 

"Saya menyesal sekarang. Saya tidak bisa lagi bekerja. Saya kesakitan dan saya tidak bisa mengangkat sesuatu yang berat," kata dia berbicara di luar rumahnya, dengan pemandangan pakaian-pakaian yang sudah koyak tergantung di pohon dan jendela yang hanya ditutup dengan plastik. 

Saat ini, uang hasil penjualan ginjalnya itu kini tidak lagi tersisa. Hasil penjualan itu tidak lagi seberapa, sehingga membuat Nooruddin merasa menyesal. Untuk menopang hidup keluarganya itu, ia menyandarkan ekonomi kepada penghasilan putranya yang berusia 12 tahun yang bekerja menyemir sepatu dengan penghasilan 70 sen sehari.  

Terkait dengan aturan praktik jual organ tubuh ini, tidak ditemui ada aturan hukum yang ditetapkan pemerintah setempat.

"Tidak ada (peraturan) hukum untuk mengontrol bagaimana organ dapat disumbangkan atau dijual. Tetapi, persetujuan dari pendonor diperlukan," kata Mohammad Wakil Matin, mantan ahli bedah terkemuka di sebuah rumah sakit di kota utara Mazar-i-Sharif. 

Selain itu dijelaskan, pendonor menjadi kunci penjualan ginjal tersebut. Hal itu dikatakan seorang ahli bedah di salah satu dari dua rumah sakit di mana sebagian besar transplantasi ginjal warga Herat dilakukan, Mohamad Bassir Osmani.  

"Kami menerima persetujuan tertulis dan rekaman video dari mereka, terutama dari pendonor," kata dia sambil menambahkan bahwa ratusan operasi telah dilakukan di Herat dalam 5 tahun terakhir. 

"Kami tidak pernah menyelidiki dari mana pasien atau donor itu berasal atau bagaimana. Itu bukan tugas kita," pungkas Mohamad.[]

Sumber:Viva.co.id

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...