Tiga Dekade Robert Produksi Kain Ulos, Semakin Berkembang Sejak Dibina Bank Indonesia

“Keberhasilan ini berkat dukungan penuh dari Bank Indonesia yang telah menghadirkan produksinya di berbagai pameran domestik maupun internasional,”

Waktu Baca 7 Menit

Tiga Dekade Robert Produksi Kain Ulos, Semakin Berkembang Sejak Dibina Bank Indonesia
Rumah Tenun Ulos Sianipar Bantuan Sosial Bank Indonesia

MEDAN, READERS - Kain Ulos merupakan warisan turun temurun suku Batak yang biasanya dikenakan dalam berbagai macam acara. Kain Ulos memiliki berbagai macam warna dan corak tenun. Kain ini dibuat menggunakan benang kapas yang direndam dengan pewarna alami.

Bicara ulos, nama Robert Maruli Tua Sianipar atau Robert Sianipar mungkin tidak asing lagi di telinga warga Medan, Sumatera Utara. Kain ulos karya Robert bisa di jumpai di galerinya di Jalan A.R Hakim, Gang Pendidikan, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.

Kepada Rombongan Wartawan Aceh saat mengunjungi galeri Ulos Sianipar pada Sabtu (5/11/2022), Robert bercerita dia merintis usaha ini sejak 1992. Dia mengaku usahanya itu merupakan usaha turun-temurun dari keluarganya. Bahkan ilmu didapat langsung dari orang tuanya.

Robert tidak menduga berkat doa dan usahanya selama ini, produksinya sudah masuk ke pasar Internasional baik yang ada di Amerika, Jerman, Singapura, Malaysia dan di beberapa banyak negara lainnya.

Bahkan Robert mengakui kini dirinya sudah memiliki beberapa cabang di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bali, Prapat dan kota lainnya. Untuk omset yang didapatkan, Robbert mengungkapkan kini perbulannya dapat mencapai 1,5 miliar dari yang sebelumnya, omzet maksimal hanya mencapai Rp300 juta per bulan.

"Usaha saya ini semakin maju sejak dibina Bank Indonesia. Bahkan produksi Ulos mulai merambah ke pasar internasional dan omset mencapai 1,5 miliar perbulan," kata Robert.

Lokasi Pertenunan Ulos Sianipar

Kepada wartawan Aceh, Robert menceritakan perjuangan awal mendirikan usahanya. Awalnya ia mempekerjakan 17 penenun. Kemudian seiring berjalannya waktu, usahanya pun terus berkembang sehingga kini memiliki 500 karyawan.

Dikala Pandemi Covid-19, Robert mengakui mengalami kerugian sangat besar dikarenakan hasil produksinya merosot drastis sehingga tidak bisa dipasarkan lantaran semua negara dan daerah lock down.

“Tahun pertama pandemi kita terkena imbasnya, karyawan kita kurangi. Karena terjadi penurunan barang. Pelan-pelan kita rumahkan tenaga kerja kita," kata Robert.

Namun, Robert mengaku dengan langkah itu setidaknya dia bisa belajar dari tekanan ekonomi tersebut. Selain itu juga berupaya membuat berbagai produk turunan yang tak hanya berbentuk kain songket dan ulos semata. Tapi, dengan menggunakan bahan yang lebih lentur dan lembut seperti polyester dan sutera.

Beruntung, di tengah menurunnya permintaan produk tersebut, pada 2011 dia diundang Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara agar usahanya untuk dibina. Saat itu, tujuan BI hanya membantu agar target pemasaran lebih luas.

"Ketika saya tiba di kantor Bank Indonesia, meraka memberikan masukan dan termasuk memberi bantuan. Tapi bantuan diberikan bukan modal usaha, melainkan mendatangkan desainer dari Eropa serta membantu alat tenun, benang dan juga membantu memasarkan,” tutur Robert.

Robert menceritakan usahanya ini berawal dari orang tuanya yang berjualan ulos, Robert memanfaatkan kain ulos reject yang sudah tidak terpakai.

“Saya banyak belajar dari orang tua saya yang berjualan ulos, banyak kain ulos tak terpakai, lalu saya gunting dan bikin kotak pensil. Karena motifnya bermacam-macam, kain ulos pun semakin berkembang untuk dijadikan tas, sarung bantal, bangku mobil, hingga fashion,” ujar Robert.

Selain itu, hingga kini, dia telah memiliki 180 orang karyawan terdiri dari penenun ulos dan songket. Kemudian, ia mempromosikan bila sepekan sekali galerinya selalu ada pengunjung dari berbagai negara dan daerah.

“Keberhasilan ini berkat dukungan penuh dari Bank Indonesia yang telah menghadirkan produksinya di berbagai pameran domestik maupun internasional,” tuturnya.

Diketahui, UMKM memiliki peranan yang sangat penting dalam membangkit perekonomian Indonesia dan juga penciptaan lapangan kerja. Melihat potensi yang besar dari UMKM, Bank Indonesia (BI) hingga saat ini terus menginisiasi berbagai program untuk mengembangkan UMKM di Indonesia agar bisa 'naik kelas'.

Salah satu UMKM binaan BI di Sumatera Utara (Sumut) adalah Pertenunan Ulos Sianipar. Dibangun pada 28 Juni 1992 di Medan oleh Robert Maruli Tua Sianipar, UMKM ini bergerak di bidang tekstil dalam pembuatan ulos dan songket tradisional Batak. Sementara, kain ulos yang dihasilkan berasal dari ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).

Sebelum melakukan kunjungan ke sejumlah UMKM ke Sumatera Utara, sebanyak 27 Jurnalis dari Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe mengikuti kegiatan capacity building serta mengikuti edukasi dan sosialisasi kebijakan Bank Indonesia serta Gethering Mitra Jurnalis Aceh Tahun 2022 dilaksanakan di Auditorium Teuku Umar KPW BI Provinsi Aceh, di Banda Aceh pada Kamis (3/11/2022).

Adapun pemateri dalam edukasi yakni, Kepala Divisi Relasi Media Massa & Opinion Maker, Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Syachman Perdymer. Dengan materi disampaikan terkait  kebijakan serta Strategi Komunikasi Eksternal Bank Indonesia dan Peran Strategis Jurnalis dalam Komunikasi Kebijakan Bank Indonesia.

Sedangkan pemateri kedua disampaikan oleh Kepala Tim Perumusan KEKDA BI Provinsi Aceh, Yon Widiyono, terkait Outlook Perekonomian Aceh dan Strategi Pengendalian Inflasi di Provinsi Aceh.

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...