Urgensi Memahami Etika Komunikasi Dalam Islam Era New Media Demi Terwujudnya Kedamaian Bermasyarakat
Terdapat beberapa cara agar etika berkomunikasi kita bisa sesuai dengan ajaran Al Qur‘an seperti selalu berkomunikasi didasarkan kebenaran, selalu melakukan tabayyun setiap menerima informasi baru, menghindari saling mengolok, selalu berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan terdapat nilai kebaikan di dalamnya.

Oleh: Farhan Riza Putra
Dinamika teknologi informasi di era disruktif saat ini sangat berkembang dengan pesat, komunikator bisa lebih mudah dalam menyebarluaskan pesan, begitupun komunikan bisa lebih instan dalam memperoleh informasi.
Media dapat membentuk perilaku masyarakat dan masyarakat bisa pula membentuk media, keduanya saling resiprokal. Namun pada era new media semua orang bisa menjadi komunikator dalam bermedia, maka dari itu perlu sekali kita memahami etika komunikasi dalam Islam untuk menghindari sara, hoax dan hate speech.
Di era kemajuan teknologi saat ini pesan sangat cepat tersebar ke khalayak luas, terlepas dari penerima pesan tersebut memiliki daya intelektual tinggi atau rendah, dengan adanya new media, Indonesia memasuki kondisi darurat dikarenakan banyaknya peristiwa penyebaran konten negatif dan provokasi meliputi berita bohong (Hoax), isu ras, agama dan antar golongan (Sara) dan ujaran kebencian (Hate Speech).
Penyebaran informasi di media saat ini sangat berlimpah sehingga sebagian khalayak kebingungan dalam memfilter pesan tersebut,bahkan dapat terindikasi oleh konten HOAX sehingga berdampak pada polemik dimedia sosial dan berujung ke tindakan pidana.oleh karena itu artikel ini membahas bagaimana etika komunikasi di era new media berlandaskan perspektif Al-Qur’an.
Poerwadarminto menyebut etika sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. sementara itu menurut James J. Spillane SJ mengatakan bahwa Etika mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Ia memandang etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
Prof. Dr. Franz Magnis Suseno berpendapat bahwa etika merupakan suatu ilmu yang memberikan arahan, keinginan dan pijakan kepada tindakan manusia. demikian juga dengan pendapat Soergarda Poerbakawatja bahwa etika diartikan sebagai sebuah Filsafat berkaitan dengan nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.
Dalam Islam etika berkomunikasi harus sesuai dengan syariat yakni menekankan pada unsur yang islami dan juga dengan bahasa yang menunjukkan keislaman. Komunikasi secara islami ini harapannya akan meliputi seluruh ajaran islam seperti akidah (iman), syariah (islam), dan akhlak (ihsan) sehingga dengan begitu etika dalam berkomunikasi akan berjalan dengan baik dan tidak akan menimbulkan permusuhan antar sesama.
Etika dalam Islam dikenal dengan akhlak atau adab. Etika dalam islam merupakan hal yang sangat mulia diatas ilmu, karena orang yang berilmu tanpa etika, sama halnya orang yang berilmu tersebut tidak mengamalkan ilmunya. Sebaliknya orang yang beretika, pasti ia adalah orang yang berilmu, karena tidak mungkin seseorang tersebut tahu tentang etika apa yang baik dan apa yang buruk tanpa adanya ilmu. Oleh karena itu sebuah slogan dalam Islam menegaskan Al Adabu Fauqol Ilmi, artinya adab itu lebih tinggi daripada ilmu.
Al-Qur’an memberikan petunjuk tentang etika berkomunikasi meliputi sebagai berikut:
1. Komunikasi harus atas dasar Kebenaran dan Kesabaran
Dalam melakukan aktivitas komunikasi, Islam memandang bahwa komunikasi yang dilakukan harus ada tujuan dan maksud yang baik (dakwah) untuk saling mengingatkan kebaikan dan nasihat-menasihati dalam kebenaran agar kemaslahatan dalam kehidupan akan selalu terwujud.
Sebagaimana firman Allah Swt, dalam Alquran surah al-Ashr ayat 1-3:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaatikebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
2. Filtrasi dalam menerima informasi (Tabayyun)
Dalam aktivitas komunikasi, tentu adanya aktivitas penerimaan dan penyampaian pesan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, tentu melalui jaringan internet dalam media sosial, kita sangat mudah menemukan atau menerima informasi tanpa terhalang jarak dan waktu.
Untuk itu perlu adanya filtrasi dalam menerima informasi agar kita terhindar dari hal-hal yang merugikan, baik kerugian untuk diri sendiri maupun terhadap orang lain. Dalam hal ini Alquran memberikan perintah Tabayyun (teliti dan jeli) dalam menerima informasi, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-quran surah al-Hujurat ayat 6.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
3. Hindari saling olok-mengolok atas perbedaan
Islam mengajarkan agar dalam aktivitas komunikasi harus bersifat saling menghargai dan menghormati atas perbedaan, baik perbedaan atas suku ras dan budaya, maupun perbedaan pilihan, dan pendapat. Hal ini sebagaimana di tegaskan firman Allah Swt dalam Alquran surah al-Hujurat ayat 3:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
4. Berkomunikasi dengan cara dan bahasa yang baik serta tersirat nilai-nilai kebaikan
Dalam berkomunikasi, kita harus pintar menggunakan cara dan bahasa yang baik agar tersirat nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Alquran surah An-Nahl ayat 5
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Dengan penjelasan diatas, maka Era New Media saat ini, Indonesia sebagai negara yang masyarakatnya multikultural harusnya kembali kepada apa yang telah diarahkan di dalam Al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan, yakni komunikasi di media sosial dan di manapun haruslah menerapkan Etika Komunikasi Islami sebagai solusi agar kita mampu melawan berbagai tindakan amoral dalam komunikasi, yang hal tersebut dapat mengancam kerukunan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Islam menegaskan bahwa kita harus mampu memerangi tantangan tersebut karena permasalahan tersebut akan menjadi ancaman besar bagi kerukunan dan keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam NKRI, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Quran surah al Ahzab ayat 60:
Artinya: “Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.”
Dari itu terdapat beberapa cara agar etika berkomunikasi kita bisa sesuai dengan ajaran Al Qur‘an seperti selalu berkomunikasi didasarkan kebenaran dan kejelasan informasi, selalu melakukan tabayyun setiap menerima informasi baru, menghindari saling mengolok, selalu berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan terdapat nilai kebaikan di dalamnya.
Farhan Riza Putra merupakan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakutas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Komentar