USK Anugerahi Wali Nanggroe Sebagai Tokoh Perdamaian
Wali Nanggroe diharapkan dapat menjadi pemersatu bagi segenap lapisan masyarakat Aceh, tanpa terkecuali. Meskipun setiap orang Aceh boleh berbeda warna dalam hal apapun, tapi ketika bicara pembagunan dan masa depan, semuanya harus bersatu padu.

Banda Aceh - Prosesi wisuda Universitas Syiah Kuala (USK) ke-152 menghadirkan sisi berbeda. Universitas dengan julukan Jantong Ate Rakyat Aceh ini, melalui USK Award menganugerahkan penghargaan kepada Paduka Yang Mulia (PYM) Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haythar sebagai Tokoh Perdamaian di Gedung AAC Dayan Dawood. (Banda Aceh, 10 Februari 2022)
Penganugerahan ini menurut Rektor USK,Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU. ASEAN-Eng, adalah yang pertama kali.
"Ini yang pertama kali USK menganugerahkan tokoh perdamaian. Mudah-mudahan apa yang kami anugrahkan dan wali menerimanya, menjadi contoh bagi kita semua. Agar kita, khususnya orang Aceh menjaga perdamaian," kata Rektor.
Menurutnya, hari ini terasa sangat istimewa bagi USK karena sejarah penganugerahan tokoh perdamaian. Terlebih, bagi Prof Samsul Rizal wisuda kali ini terakhir bagi dirinya menghadiri wisuda mahasiwa USK dalam kapasitasnya sebagai seorang rektor. Kerana akhir bulan Februari ini, tugasnya sebagai berakhir dan akan digantikan oleh Rektor USK yang baru, Prof. Dr. Ir. Marwan.
Rektor USK berharap, Wali Nanggroe bisa menjadi pemersatu bagi segenap lapisan masyarakat Aceh, tanpa terkecuali. Ia mengatakan, setiap orang Aceh boleh berbeda warna dalam hal apapun, tapi ketika bicara pembagunan dan masa depan, semuanya harus bersatu padu.
Samsul melanjutkan, tantangan bersama dalam mengisi perdamaian Aceh adalah bagaimana Aceh mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki. Potensi besar yang ada, akan sia-sia jika tidak bisa dimanfaatkan sebaik mungkin, demi kemaslahat bersama. Sebagai provinsi yang memiliki uang banyak, melalui dana otonomi khusus, seharusnya Aceh bisa berbuat lebih. Perdamaian yang telah ada, merupakan anugrah Allah SWT yang musti dijaga.

"Anugerah ini diberikan dengan harapan perdamaian Aceh abadi, meskipun kita tak pernah tau takdir Allah ke depannya. Tapi kita berdoa, supaya anak cucu kita bisa melihat dan merasakan perdamaian ini dengan kemakmuran dan kesejahteraan," tutur Rektor.
Di kesempatan yang sama, Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haythar mengatakan, bahwa tujuan berdamai adalah mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan untuk Aceh. Tetapi sayangnya apa yang kita harapkan untuk Aceh, belum lagi tercapai.
Wali Nanggroe berpesan, orang Aceh harus sadar, terutama kepada pemuda-pemudi Bangsa Aceh, untuk punya pandangan ke depan. Mereka harus mengerti dimana kepentengingan Aceh dalam NKRI sebagaimana perjanjian yang telah ditandatangani kedua belah pihak (MoU Helsingki).
"Aceh bukan hanya milik sebagian gololongan, inilah yang disebut dengan national interest of Aceh yang harus terus kita perjuangkan dan pertahankan. Kita telah memutuskan berdamai dengan RI, maka perdamaian ini harus berani kita jaga untuk terus kita perjuangkan, sampai terciptanyan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Aceh," kata Tgk Malik Mahmud Al-Haythar.
Komentar