51 Guru di Banda Aceh Ikuti Bimtek Revitalisasi Bahasa Aceh

Author

Waktu Baca 6 Menit

51 Guru di Banda Aceh Ikuti Bimtek Revitalisasi Bahasa AcehFoto: Dok. Balai Bahasa Aceh
Sebanyak 51 orang guru SD dan SMP se-Kota Banda Aceh mengikuti Bimbingan Teknis Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah Aceh untuk Tunas Bahasa Ibu oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh di Aula UPTD Tekkomdik, Kota Baru, Banda Aceh, Selasa (4/6/2024).

BANDA ACEH, READERS – Balai Bahasa Provinsi Aceh menggelar bimbingan teknis Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah Aceh untuk Tunas Bahasa Ibu pada 4-6 Juni 2024 di Aula UPTD Tekkomdik, Banda Aceh. Bimtek ini diikuti 51 guru SD dan SMP se-Kota Banda Aceh.

Bimtek ini merupakan tindaklanjut dari Rakor dan DKT Revitalisasi Bahasa Aceh dan Gayo yang diadakan pada 5-8 Maret 2024 lalu, sekaligus bagian dari tahapan revitalisasi bahasa daerah. 

Pj Walikota Banda Aceh melalui staf ahli Iskandar SSos M.Si dalam sambutannya mengungkapkan pihaknya bangga melihat antusiasisme dan komitmen para guru di Kota Banda Aceh dalam melestarikan Bahasa Aceh sebagai identitas diri dan bangsa, dengan memperkuat bahasa daerah, juga memperkuat jati diri dan keberagaman budaya. 

“Di Provinsi Aceh sendiri sudah ada instruksi gubernur (ingub) nomor 05/INSTR/2023 tentang Penggunaan Bahasa Aceh, Aksara Aceh, dan Sastra Aceh, yang meminta para pihak untuk merawat, menjaga, melindungi, mempertahankan, dan mengembangkan bahasa, aksara, dan sastra Aceh,” kata Iskandar, Selasa (4/6/2024).

Iskandar mengatakan, melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu juga penting untuk menjaga keberagaman linguistik dan budaya di suatu daerah. 

“Bahasa daerah mencerminkan sejarah, nilai-nilai, dan tradisi yang melekat dalam masyarakat, dan dengan mempertahankan bahasa daerah berarti juga mempertahankan keberagaman budaya yang kaya,” sambungnya.

Ia melanjutkan, penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu juga dapat meningkatkan rasa bangga dan harga diri masyarakat terhadap warisan budaya mereka. Generasi muda dapat memperkaya identitas mereka sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas.

“Merawat bahasa daerah juga memperkuat identitas budaya, memupuk rasa solidaritas dalam masyarakat, dan melestarikan keberagaman warisan budaya yang berharga,” jelasnya.

Iskandar berharap guru dapat menjadi agen perubahan dalam melestarikan bahasa daerah Aceh di lingkungan sekolah dan masyarakat, serta mengajak bersama-sama menjaga dan memerkaya bahasa daerah Aceh untuk generasi yang akan datang.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh Drs Umar Solikhan M Hum mengatakan revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan mengingat 718 bahasa daerah di Indonesia, sebagian besar kondisinya terancam punah dan kritis. 

“Saat ini para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya, sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah,” kata Umar.

Guna mengatasi hal itu, sambung Umar, pemerintah menekankan prinsip dari program revitalisasi bahasa daerah ini adalah dinamis, adaptif, regenerasi dan merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya. 

"Dinamis, berorientasi pada pengembangan dan bukan sekedar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya. Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya,” tambahnya.

Dalam kegiatan revitalisasi bahasa daerah ini, pihaknya melibatkan secara intensif keluarga, para maestro, dan pegiat pelindungan bahasa dan sastra dalam penyusunan model pembelajaran bahasa daerah, pengayaan materi bahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan.

“Program revitalisasi bahasa daerah merupakan program kolaboratif. Tidak hanya dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) bersama Balai/Kantor Bahasa di Indonesia. Tetapi, bekerja sama dengan pemerintah daerah,” jelasnya.

Umar menyebutkan kegiatan ini merupakan tahun kedua bagi Balai Bahasa Provinsi Aceh melaksanakan kegiatan revitalisasi bahasa daerah, sestelah pada 2023 revitalisasi bahasa dearah (RDB) difokuskan pada Bahasa Gayo yang ada di tiga kabupten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. 

“Alhamdulillah Pemerintahan Kabupaten Bener Meriah memberikan dukungan yang luar biasa untuk kegiatan RBD ini dengan melaksanakan kegiatan pelatihan/bimtek mandiri dengan menambah 180 peserta pelatihan, hingga pada 2023 RBD Gayo melampui target yang ditetapkan sejumlah 250 menjadi 430 peserta,” jelasnya. 

Atas prestasi ini Pj Bupati Kabupaten Bener Meriah mendapatkan penghargaan dari mendikbudristek atas kontribusinya dalam menyokong dan mensuskeskan RDB tepatnya pada Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) di Jakarta pada 1-- 5 Mei 2024 lalu.

Tahun 2024 ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan menetapkan target sebesar 423 peserta yang terlibat dalam kegiatan RBD Aceh dan Gayo. 

“Tentunya diharapkan kepada keenam kabupaten; Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Banda Aceh, Aceh Besar, dan Pidie, yang diamanahkan untuk mengemban tugas mulia ini agar sama-sama berjuang untuk mencapai target peserta tersebut untuk menyukseskan kegiatan RDB di Provinsi Aceh,” pungkasnya.[]

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...