Mengapa Aceh Disebut Serambi Mekkah?

Menurut Nuruddin Arraniry dalam kitabnya “Bustanussalatin”, Aceh sejak dulu telah disebut sebagai Serambi Mekkah. Ia mengatakan karena memiliki alasan tertentu.

Author

Waktu Baca 7 Menit

Mengapa Aceh Disebut Serambi Mekkah?Junaidi/Readers.ID
Masjid Raya Baiturrahman tampak dari luar. (Junaidi/Readers.ID)

Menceritakan mengenai Aceh, sepertinya tidak akan habis-habisnya, tergantung dari sisi mana kita akan mengungkapnya. Ada banyak hal menarik untuk ditulis dari Provinsi Aceh ini, mulai dari yang sudah ada kemudian dikembangkan maupun yang belum ada sama sekali untuk dimunculkan ke permukaan.

Mengenai keistimewaan Aceh, kali ini Readers.ID menelusuri dari berbagai referensi. Kenapa Aceh dijuluki sebagai “Serambi Makkah”. Mendengar kedua kata ini, tentunya mengingatkan kita pada masa keemasan kerajaan Islam Aceh Darussalam, sebagai pusat pendidikan terbesar di Asia Tenggara.

Masa itu banyak orang luar yang belajar dan mempelajari ilmu Islam di Aceh. Khusus pembahasan mengenai Serambi Mekkah ini, sejarawan  mengaitkannya dengan keberadaan jamaah haji nusantara di Aceh.

Menurut seorang ulama karismatik Aceh, Syekh Nuruddin Arraniry dalam kitabnya “Bustanussalatin” menyebutkan, Aceh sejak dulu telah disebut sebagai Serambi Mekkah. Dikatakan demikian, Nuruddin memiliki alasan tertentu.

“Banyaklah negeri yang di bawah angin dan atas angin kita melihat, di istana segala raja-raja yang besar-besar, tiada seorang jua pun seperti perintah menjelis Duli Hadahrat tuan kita ini. Sesungguhnyalah negeri Aceh Darussalam ini Serambi Mekkah Allah yang Mahamulia,” tulis Nuruddin, yang masa itu pernah menjadi mufti kerajaan Islam Aceh (Kadi Malik al Adil, mufti besar) dibawah Sultan Iskandar Tsani (1636-1641).

Syekh Nuruddin Ar-Raniry diambil dari situs laduni.id.

Menurut ulama ini, Aceh merupakan tempat istimewa lagi dimuliakan oleh Allah SWT. Munculnya kata Serambi Mekkah ini diawali dari para jamaah haji seluruh Nusantara berteduh dan berkumpul di Aceh. Para jamaah terlebih dahulu belajar ilmu agama secara mendalam khususnya mengenai tatalaksana ibadah haji (rukun dan syarat haji) di Aceh. 

Setelah mampu menguasai rukun syarat haji juga hal-hal lain yang berkaitan, mereka diberi ijazah baru kemudian bisa menunaikan ibadah haji ke Makkah. Dari itu Nuruddin menyebut Aceh sebagai Serambi Makkah, karena tempat persinggahan calon jamaah haji yang hendak ke kota Makkah.

Mengenai kata Serambi Mekkah tidak hanya ditulis oleh ulama Aceh Nuruddin Ar-Raniry melainkan juga ditulis oleh pelancong lainnya seperti Snouck Hurgronje, Peter Ridde, Anthony Reid juga mengukir peristiwa emas tersebut.

Sementara itu menurut H. Harun Keuchik Leumiek dalam bukunya Menelusuri Jejak Sejarah Islam Melalui Ritual Ibadah Haji dan Umrah, kenapa Aceh disebut sebagai Serambi Makkah, karena dulu masyarakat Indonesia jika hendak berangkat menunaikan ibadah haji ke kota suci, jamaah haji terlebih dahulu turun dan singgah di Aceh.

"Konon dulu, jamaah calon haji Indonesia tidak langsung berangkat ke Makkah, tapi lebih dulu singgah di Serambi Makkah yaitu Aceh," tulis H. Harun Keuchik Leumiek, seperti dilansir dari Republika.co.id, Kamis (20/2/2022).

Menurutnya waktu itu orang yang menunaikan ibadah haji ke Mekkah masih sangat sedikit. Melalui selat Malaka di Aceh, mereka singgah dan belajar ilmu agama di Aceh selama berbulan-bulan hingga mampu menguasai ilmu fiqih yang berkaitan dengan haji.

Salah satu lokasi tempat belajar manasik haji yang sangat terkenal di Aceh waktu itu adalah di Pelanggahan, yakni di pinggir Krueng Aceh, di mana kapal-kapal saat itu banyak berlabuh. Kampung Pelanggahan ini termasuk kampung yang sangat maju, karena letaknya di pinggir kuala Aceh dan termasuk bandarnya Banda Aceh kala itu. 

"Sekarang letak kampung Pelanghahan ini hanya sekitar 1,5 km dari pusat Kota Banda Aceh," katanya.

Masjid Raya Baiturahman disore har (Hendra Syahputra/Readers.ID)

Disebutkan, Kampung Pelanggahan ini dulu ada sebuah balai pengajian yang letaknya persis pinggir Krueng Aceh dan sebuah Masjid yang sangat indah, yaitu Masjid Tgk. Di Anjong, namun sayang dalam bencana tsunami tahun 26 Desember 2004 lalu, Masjid ini hancur total.

Masjid Raya Baiturrahman tampak dari luar. (Junaidi/Readers.ID)

Kembali ke soal jamaah calon haji dulu setelah belajar manasik haji dan ilmu-ilmu agama lainnya di Pelanggahan barulah mereka berangkat ke Mekkah. Demikian pula saat mereka pulang, juga singgah di Serambi Mekkah (Aceh). 

"Malah tak jarang di antara jamaah haji saat pulang terus menetap di Aceh dan kawin dengan warga Aceh hingga beranak cucu di Aceh," sebutnya.

Dikisahkan, salah seorang jamaah haji pulang dan Makkah terus menetap di Aceh adalah Tgk. Abdurrahman yang menetap di Gampong Lampaloh Banda Aceh. Tgk. Abdurrahman ini merupakan keturunan raja dari keraton Yogyakarta. 

Menurut Guru Besar Sejarah Universitas Gajah Mada Prof. Ibrahim Alfian (alm). Tgk. Abdurrahman ini adalah seorang pejuang yang sepulang dari menunaikan ibadah haji memilih menetap di Aceh. 

"Menurut silsilahnya, penulis sendiri termasuk cicit sebelah ibu dari Tgk. H. Abdurrahman, yang kuburannya sering dikunjungi orang-orang dari Jawa," katanya.[]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...