BMKG Sebut Aceh Masuk Daftar Zona Sesar Aktif di Indonesia

BANDA ACEH, READERS – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, Indonesia sebagai salah satu wilayah dengan rawan terjadi gempa yang dipicu sesar aktif.
Gempa Turki terjadi awal Februari 2023 lalu merupakan dampak dari sesar aktif ini hingga mengakibatkan gempa katastrofik dan kompleks.
Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa di Indonesia banyak zona zona yang memiliki sesar utama aktif ini salah satunya adalah di Aceh tepatnya sesar Aceh-Seulimeum.
"Karakteristik zona sesar utama yang dikelilingi oleh sesar-sesar lainnya juga banyak terdapat di Indonesia seperti di zona Sesar Cimandiri, Sesar Semangko, Sesar Palu Koro, Sesar Aceh-Seulimeum, Sesar Kawa dll," kata Dwikorita Karnawati dalam Focus Grouf Discussion di Jakarta, Sabtu (25/2/2023).
Sebelumnya diberitakan bahwa BMKG mengingatkan Indonesia bahwa gempa yang terjadi di Turki beberapa waktu lalu dapat berpotensi di Indonesia.
Dari itu ia mengajak, belajar dari gempa bumi yang menewaskan puluhan ribu warga di Turki tersebut perlu menjadi refleksi penting bagi Indonesia.
Disebutkan, gempa bumi di Turki Magnitudo Momen (Mw) 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen sesar Anatolia Timur (6 segmen: Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali) sepanjang 300 km.
"Fenomena ini memberikan warning bagi kita yang ada di Indonesia, untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi," jelasnya sembari menyampaikan bahwa negara lain juga mewarning soal ini.
Dwikorita menyebutkan bahwa gempa serupa di Turki pernah terjadi di Indonesia yakni seperti di Pulau Lombok tahun 2018 yang diguncang 5 (lima) gempa kuat dalam waktu tiga minggu dengan magnitudo Mw 6,4, Mw 7,0, Mw 5,9, Mw 6,2, dan Mw 6,9.
Meski demikian, dalam FGD tersebut Dwikorita memberikan rekomendasi perlunya perhatian khusus bagi sesar-sesar aktif ini.
"Karenanya para pakar dalam FGD tersebut merekomendasikan perlu perhatian khusus bagi sesar-sesar aktif yang melalui wilayah pemukiman padat penduduk dekat kota-kota besar, seperti Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Palu-Koro, dll," jelasnya. D
Dwikorta kemudian menyimpulkan bahwa kejadian-kejadian dari masa lalu dan gempa Turki mesti menjadi pembelajaran bagi Indonesia.
Ia mengatakan bahwa salah satu hal yang harus diambil langkah adalah penguatan sistem mitigasi bumi seperti Penguatan/ Pengembangan Studi/Kajian/Riset dan Teknologi.
Kemuidan Penguatan Sistem Monitoring Kegempaan secara Kontinu dan Komprehensif ; serta pemutakhiran/ Pengembangan Peta Bahaya Gempabumi (Seismic Hazard Map).
Selain itu, Indonesia juga perlu melakukan penguatan Kajian Getaran Tanah (Ground Motion); Memperhatikan Konstruksi Bangunan Tahan Gempa dengan Building Code; Penegakan Peraturan Pendukung Sistem Mitigasi Gempabumi; serta Edukasi, Literasi, Advokasi secara inklusif dan berkelanjutan.
Untuk diketahui, gempa Turki yang terjadi pada Senin (6/2/2023) lalu merupakan gempa yang paling ditakuti terjadi oleh para ahli.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami pada BMKG, Dr. Daryono, S.Si, M.Si menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di Turki bersumber dari zona Sesar Anatolia Timur yang merupakan zona sesar aktif diiringi dinamika tektonik Lempeng Arab dan Anatolia. Kemudian Dr. Irwan Meilano menguatkan bahwa gempa Turki merupakan gempa dengan mekanisme geser (strike-slip).
“Gempa Turki termasuk fenomena gempa yang paling ditakuti terjadi oleh para ahli Gempa,” ujarnya.
Komentar