Kerjasama dengan USK, Bireuen Kembangkan Nilam Kualitas Ekspor

Universitas Syiah Kuala (USK) dan Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Atsiri Research Center - Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (ARC-PUIPT) Nilam Aceh dan Dinas Pertanian Bireuen melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama untuk mengembangkan komoditas unggulan nilam.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Kepala ARC Dr Syaifullah Muhammad dengan Kepala Dinas Pertanian Bireuen Muhammad Nasir, serta disaksikan Rektor USK Prof Samsul Rizal dan Bupati Bireuen Dr Muzakar A Gani di Balai Senat USK, Rabu (9/6/2021).
Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh, Syaifullah Muhammad, menguraikan teknis kerjasama yang akan dilakukan yakni USK akan menyediakan bibit nilam untuk 10 hektar. Kemudian melatih masyarakat untuk proses pembibitan dan budidaya di lahan yang sudah disediakan.
Hasil yang diperoleh akan dibagi dua, 80 persen untuk keperluan ekspor dan 20 persen diproses lebih lanjut dengan teknologi Wipe Film Fractionation (WFF) dan dikembalikan ke Bireuen untuk menjadi bahan baku pengembangan berbagai produk turunan seperti parfum.
"ARC akan melatih anak muda asal Bireuen dalam pengembangan produk turunan untuk menjadi start up bisnis dan mengembangkan ekonomi kreatif," jelas Syaifullah yang juga Ketua Badan Pengembangan Bisnis USK.
Pihaknya juga akan melakukan pendampingan teknologi dan inovasi dalam program ini.
"Anak muda Bireuen akan kami latih untuk membuat parfum, sabun, aroma terapi dan lain-lain dengan bahan minyak nilam," tambahnya.
Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh itu melanjutkan, pihaknya akan mensinergikan dengan rencana program budidaya bungong jeumpa dan seulanga dari DPMG Aceh di Bireuen.
“Kita rencanakan, pemerintah sediakan bibit bungong jeumpa dan seulanga. Masyarakat menanam, BUMG membeli bunga dari masyarakat dan menyulingnya menjadi minyak kemudian menjual minyak tersebut kepada UMKM untuk diproses menjadi produk parfum dan produk lainnya," jelas Syaifullah.

"ARC melalui Koperasi Inovac, memastikan akan menjadi off taker dari minyak atsiri ini. ARC juga akan mendampingi untuk penguatan teknologi sehingga produk yang dihasilkan memiliki keunggulan komparatif sekaligus kompetitif.
"Kini saatnya kita perkenalkan parfum berbahan minyak nilam dan bungong jeumpa dari Bireuen,” ujar Syaifullah.
Sementara Bupati Bireuen, Muzakar A Gani menyambut gembira kerjasama yang akan dilakukan, mengingat Bireuen pada 1980 sampai 1990-an saat masih bergabung dengan Aceh Utara, merupakan salah satu sentra penghasil nilam di Aceh.
Saat ini Pemkab Bireuen telah memetakan sekitar 150 hektar lahan untuk pengembangan nilam yang tersebar di tujuh kecamatan yakni Simpang Mamplam, Peulimbang, Peudada, Juli, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng dan Makmur.
“Saya minta dinas pertanian dan dinas terkait lainnya dapat mengalokasikan anggaran dan melaksanakan program pengembangan nilam ini tecara terpadu, bekerjasama dengan ARC USK,” ujar Muzakar.
“Pemerintah Bireuen akan mensupport infrastruktur yang diperlukan agar proses budidaya, penyulingan dan pemasaran minyak nilam dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan," tambahnya.
Sementara itu, Rektor USK, Prof Samsul Rizal, menjelaskan awal mula USK membantu melakukan penguatan nilam Aceh melalui Pusat Riset Atsiri (ARC) hingga kemudian pada 2019 ARC bertransformasi menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) Nilam Aceh yang diakui secara nasional dan internasional.
Melalui riset yang beroreantasi pasar, lanjut Rektor USK itu, ARC telah menghasilkan berbagai teknologi proses yang telah memungkinkan terjadinya purifikasi (pemurnian) minyak nilam sehingga dapat di kembangkan menjadi berbagai produk turunan yang bernilai inovasi dan ekonomi.
“Kepedulian utama kita adalah menyelesaikan hambatan pada rantai pasok dan nilai dari industri nilam, sehingga terbentuk ekosistem baru yang lebih sehat dan menguntungkan bagi petani, penyuling, pengumpul, eksportir hingga end user di Internasional market,” jelas Prof Samsul.
“Kita secara bersama harus memastikan semua pihak mendapatkan keuntungan yang wajar dari tataniaga nilam ini, sehingga perkembangan nilam sebagai komoditas unggulan ekspor dan bernilai ekonomi tinggi dapat berjalan secara berkesinambungan dan berdampak pada peningkatan pendapatan dan penurunan kemiskinan,” tambahnya.
Universitas Syiah Kuala, lanjut Prof Samsul, siap turun tangan bahkan bergandengan tangan dengan pihak manapun, kalau yang menjadi target adalah kesejahteraan masyarakat khususnya pada aspek pengembngan teknologi dan inovasi.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Bireuen Muhammad Nasir, menyampaikan, pihaknya telah melakukan penjaringan Calon Peserta Calon Lahan (CPCL) untuk pengembangan nilam.
Untuk tahap awal akan dilaksanakan di Kecamatan Peudada dan Simpang Mamplam.
“Saat ini kelompok tani sudah siap. Kami menunggu kedatangan tim USK ke Bireuen untuk segera kita implementasikan demplot 10 hektar nilam. Kita akan mempersiapkan kebutuhan untuk pembibitan, budidaya dan penyulingan, agar masyarakat bisa langsung mendapatkan hasil dari penjuan minyak nilam,” urai Nasir.
Pihaknya juga menaruh harapan besar terhadap USK terkait inovasi dan teknologi terkait pengelolaan nilam khususnya di Bireuen.
“Terus terang saya terkejut dengan kemajuan USK saat ini. Kami bangga Aceh memiliki kampus yang memiliki kepedulian besar untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan masyarakat. Saya sudah menyaksikan langsung teaching industry di ARC-PUIPT Nilam Aceh USK. Luar biasa,” tutup Nasir.
Selesai penandatangan perjanjian kerjasama, Rektor USK, Bupati Bireuen, didampingi beberapa pejabat dari kedua belah pihak melakukan kunjungan ke ARC untuk melihat proses produksi minyak nilam, proses purifikasi dan fraksinasi sampai dengan proses pembuatan berbagai produk turunan.
Beberapa produk ARC seperti hand sanitizer dan desinfektan telah memperoleh izin edar dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
ARC saat ini mampu memproduksi 2 ton hand sanitizer dan 2 ton desinfektan per hari, sehingga bisa mencukupi untuk kebutuhan seluruh Aceh. Dengan membeli produk ini, petani nilam dan atsiri lainnya diharapkan ikut terbantu di Aceh.[]
Komentar