Melihat Dekat Masjid Oman (Masjid Turki) di Kota Banda Aceh

Masjid Oman Al Makmur ini merupakan salah satu dari beberapa masjid yang sangat banyak jemaah dan cukup indah di wilayah Kota Banda Aceh.
Diketahui, Masjid Oman ini berada di Jl. Tgk. M Jl. Teuku Moh. Daud Beureueh, Desa Bandar Baru Lampriet Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh.
Masjid ini merupakan salah satu masjid yang cukup unik. Keberadaannya tidak jauh dari Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh, kantor Gubernur Aceh, Stadion Sepak Bola H Dimurtala Banda Aceh dan bahkan sangat dekat dengan lokasi RSUD Zainal Abaidin.
Sejarah Pembangunan
Berdasarkan sejarahnya, masjid Almakmur ini sudah dibangun pada 1979. Waktu itu proses pembangunannya dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat setempat Bandar Baru Lampriet. Peletakan batu pertama masjid Oman ini dilakukan oleh Prof. A. Madjid Ibrahim.
Untuk pemberian nama Masjid Baitul Makmur ini dilakukan oleh Tgk. H. Abdullah Ujong Rimba. Saat itu dirinya sebagai imam besar masjid tersebut sekaligus menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Aceh (masa itu masih disebut Daerah Istimewa Aceh).
Dari tahun berdirinya masjid ini hingga selesai, masjid ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat secara penuh sebagai sarana dan beragam kegiatan.
Namun sayangnya, masjid ini rusak parah setelah diterpa gempa besar dan bencana alam yang mengakibatkan Tsunami pada 26 Desember 2004. Sejak itu, masjid ini tidak bisa lagi difungsikan karena kubah dan atapnya ambruk menutup lantai dan badan masjid.
Selanjutnya, pengurus masjid waktu itu berusaha mencari donatur untuk membangun kembali masjid ini meskipun dalam suasana pasca gempa dan Tsunami serta ditambah adanya konflik Aceh.
Dua tahun setelah Tsunami tepatnya tahun 2006, masjid Oman Almakmur ini akhirnya bisa dibangun kembali seiring dengan bantuan donasi pembiayaan secara penuh dari Pemerintah atau kerajaan Oman melalui Sultan Qabus. Dengan fokus pada pembangunan, masjid ini dapat diselesaikan pada tahun 2008 dengan luas yang sama.
“Pada waktu itu kan kenak tsunami masjid ini dna dibangunlah oleh pemerintah Oman namanya Raja Qabus. Itulah mereka peduli terhadap masjid ini maka dibangunlah yang sudah hancur itu,” kata Ketua Umum Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Oman Almakmur, Dr H M Jamil Ibrahim SH.,MH, MM.
“Karena sudah hancur, lanjutnya, maka itulah sebabnya sekarang disebut sebagai masjid Oman Almakmur karena tradisi di Oman dan orang lebih mengenal masjid Oman,” jelas Dr Jamil yang juga sempat menjabat di Mahkamah Syariyah Aceh.
Waktu itu, konsep masjid ini tidak seperti sekarang ini bentuknya, jadi bentuknya sudah direnovasi, pertama kalau kubahnya kecil, kemudian diperbesar ini berarti bisa digambarkan kubahnya dua; kubah di dalam dan kubah diluar lagi.
“Hanya saja kubah ini tidak dibuat dari beton, kemudian dekorasinya sudah dirobah-robah yang mirip dan cenderung ke Eropa dan macam-macam seperti ada yang wana Saudi hijaunya, warna masjid Nabawi yang bercampurlah dengan nuansa Islam sesuai dengan perkembangan jaman,” ucapnya dihadapan Wakil Ketua II (dua) BKM Oman Almakmur Bidang Dakwah dan Hukum, Dr Drs H Jufri Ghalib SH., MH.
Jika diamati dari luar, memang konsep masjid ini menyerupai masjid kebanggaan negara Turki yang berada di Eropa. Memiliki dua menara yang tinggi berwarna putih, kemudian konsep dekorasi ala Saudi, juga tak ketinggalan adanya gaya khas dari masjid Nabawi di Madinah.
Sisi lain dari masjid Oman ini menurut BKM Masjid Oman tersebut adalah bangunan yang indah dan membuat masjid ini menjadi salah satu masjid yang favorit bagi jamaah. Selain itu, melihat dekorasi di dalam masjid dapat ditemui beragam kaligrafi, warna dan bentuk dekorasi yang menarik.
Dengan nuansa yang aman dan nyaman membuat jamaah tetap khusu’ dalam melaksanakan ibadah sesuai konsep yang telah diterapkan oleh BKM masjid Oman ini.
Pada perkembangan selanjutnya, Dr M Jamil menjelaskan, beberapa tahun kemudian masjid ini kembali diperluas guna menampung jumlah jamaah yang semakin bertambah dengan menambah beranda kanan dan kiri, fasilitas tempat wuduk, serta fasilitas bersuci lainnya.
Selanjutnya pihak BKM juga merenovasi kubah, menara, dan mempercantik penampilan masjid hingga tampak seperti gaya arsiktektur hypostyle yang berciri Islam.
Dana pembangunan ini bersumber dari empati masyarakat dan juga dari jamaah. Selain itu juga dari dana khas masjid yang bersumber dari kegiatan-kegiatan Ramadhan tahun sebelumnya.
“Untuk pembangunan lainnya adalah pembangunan terus ditingkatkan disamping masyarakat yang empati dan mudah diajak untuk membangun maka satu bulan itu dana-dana dari bulan ramadhan lalu, sisa-sisa dari kegiatan bulan ramadhan digunakan untuk pembangunan. Intinya bahwa yang dibangun itu adalah dari partisipasi jamaah,” ungkapnya lagi.
Bagi hamba Allah yang masuk dan menunaikan ibadah di masjid Oman ini, tentu akan meraih rasa aman dan nyaman. Hal ini rupanya sebagai konsep yang dihadirkan di masjid ini untuk jamaah yang menunaikan ibadah disana.
“Sesuai dengan prinsip membangun masjid, bahwa masjid ini tempat ibadah dan masyarakat yang beribadah disini nyaman, tertib, karena itu pelayanan di masjid ini adalah merupakan program utama karena masyarakat lebih senang kalau pelayanannya bagus, ibadahnya nyaman,” terangnya.
Keindahan dan kenyamanan masjid ini juga disampaikan oleh salah satu mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh Khairul Husni. Menurutnya keberadaan masjiid Oman ini memberikan nuansa menarik dan senang dengan manajemen dan tata kelola dari BKM masjid Almakmur tersebut.
“Dari segi pelayanannya bagus, ketertiban ditata dengan baik dan rapi. Kemudian dari arsitektur cukup menarik dan indah,” ujar Khairul.
Dibangun Penginapan Islami
Tahap selanjutnya, masjid ini juga telah memiliki hotel sendiri dengan konsep nuansa Islami. Dr M Jamil mengatakan, orang yang masuk dan menginap di hotel itu merupakan orang-orang khusus saja seperti orang yang sudah berkeluarga, sementara bila anak remaja yang belum memiliki pasangan tidak diperbolehkan disana.
Informasi yang dihimpun media ini, pembangunan hotel tersebut bermula dari bantuan Pemerintah Kota (Pemko) Madya Banda Aceh pada tahun 2016 dimasa kepemimpinan Elliza Saadudin Jamal, “Beliau membangun secara bertahap meskipun satu tahap lagi belum selesai,” tandasnya.
Sisi lain dari adanya hotel ini adalah mempersatukan umat muslim dengan berubudiyah kepada Allah Swt dan bergerak pada bidang sosial ini sudah dimulai seperti dengan adanya BMT (Baitul Mal wa Ta’dil).
Selain hotel, Pemko juga memberi beberapa kemudahan seperti mobil jenazah satu unit dan mobil operasional. Tidak hanya itu, baru-baru ini kembali bertambah mobil operasional masjid Oman yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI).
Sementara itu banyak kegjatan-kegiatan yang telah berlangsung di masjid tersebut. Hal ini disesuaikan fungsi masjid secara umum yaitu Pendidikan dan Dakwah. Dikatakan, dalam suasana Ramadhan 1442 H sekarang ini, juga sedang berlangsung daurah Al-Qur’an bagi anak-anak sebanyak 210 orang dengan biaya sendiri selama 20 hari. Kemudian ada kegiatan remaja masjid dengan program masing-masing.
Kegiatan lainnya adalah, masjid ini sempat melaksanakan kegiatan lomba pidato jarak jauh tingkat nasional pada ramadhan tahun lalu dan juga diluar bulan ramadhan.
“Tahun lalu kan tidak bisa kumpul, pake-pake jarak jauh dan sekarang juga akan direncanakan seperti itu. itu yang dulunya jarak jauh statusnya adalah nasional, dan Aceh waktu meraih juara tiga, Satu Bandung dan Dua Sumatera.”
Kegiatan rutin Pendidikan dan Dakwah lainnya adalah setiap pagi dan malam ada pengajian dan kajian agama baik Fikih, Tasawuf, Hadis dan kajian lainnya.










Komentar