OPINI | Misteri KMP Aceh Hebat

Waktu Baca 10 Menit

OPINI | Misteri KMP Aceh Hebat
Koordinator Lingkar Publik Strategis, Rizki Ardial. [Ist]

Oleh: Rizki Ardial*

Pembelian kapal Motor Penumpang (KMP) Aceh Hebat oleh Pemerintah Aceh masih menyimpan misteri besar. Satu sisi, kita selaku masyarakat Aceh bangga terhadap pemerintah Aceh atas pembelian kapal tersebut untuk mempermudah akses masyarakat ke daerah kepulauan.

Namun, di sisi lain, pembelian kapal tersebut menyimpan teka-teki, bahkan kerap menuai kontroversi dan menimbulkan keraguan masyarakat terhadap pemerintah.

Persoalan paling kontroversi adalah mengenai status kapal tersebut, apakah itu memang kapal baru yang dibeli atau memang kapal bekas yang baru dibeli? Walaupun saling berkaitan, namun dua hal ini sangat jauh berbeda dalam pemaknaannya.

Jika itu kapal baru yang dibeli, tentu semua material yang dipakai adalah barang baru dan kualitasnya pun masih terjamin. Beda halnya dengan kapal bekas yang baru dibeli, walaupun statusnya baru dibeli, namun material yang digunakan merupakan barang bekas yang sudah pernah di pakai sebelumnya, dan kualitasnya juga sudah tidak dapat digaransi lagi.

Inilah problem yang memancing perbincangan hangat di tengah keseharian masyarakat Aceh selama sebulan terakhir.

Desas-desus KMP Aceh Hebat bukan kapal baru yang dibeli oleh Pemerintah Aceh, memang sejak awal sudah terdengar. Bahkan teman-teman mahasiswa dari berbagai aliansi juga sudah beberapa kali melakukan aksi mempertanyakan perihal tersebut.

Namun, Pemerintah Aceh tetap bersikukuh bahwa KMP Aceh Hebat bukan barang bekas yang dibeli, melainkan dibangun dari nol hingga pelayaran.

Tidak sampai di situ, kecurigaan masyarakat kembali diperkuat dengan tragedi matinya mesin KMP Aceh Hebat 1 di tengah laut dalam pelayaran dari Simeulue ke Calang pada Senin (29/3/2021) dini hari. Peristiwa itu memunculkan pertanyaan besar bagi kapal yang belum genap satu bulan beroperasi mengangkut penumpang.

Selain membuat penumpang panik, kejadian tersebut sontak membuat publik kembali meragukan kualitas kapal tersebut. Apalagi Kejadian ini bukanlah yang pertama kali dialami oleh kapal itu. Sebelumnya, KMP Aceh Hebat juga pernah mengalami kerusakan di Pelabuhan Calang (17/3/2021), sehingga mengakibatkan kapal tersebut gagal berangkat pada jadwal yang telah ditetapkan.

Deretan peristiwa ini tentunya sangat aneh terjadi pada sebuah kapal yang memiliki tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi, apalagi pada sebuah kapal baru.

Meski pihak ASDP selaku operator kapal membantah KMP Aceh Hebat 1 mengalami mati mesin di tengah laut, dan yang terjadi hanya mati listrik, namun beberapa keterangan penumpang kapal yang dirilis serambinews.com (29/3/2021) berjudul ‘Bunyi Sirine Saat Mesin Utama KMP Aceh Hebat 1 Mati di Tengah Laut Kagetkan Penumpang’, sangat meyakinkan publik bahwa KMP Aceh Hebat 1 benar mengalami mati mesin di tengah lautan.

Pasalnya, tidak mungkin para penumpang tidak dapat membedakan antara mati listrik dengan mati mesin, bahkan keterangan penumpang tersebut mengatakan bahwa kapal dua kali mengalami mati mesin dan juga mati listrik.

Sederhananya, si penumpang sangat tahu risiko apabila menyampaikan informasi keliru (hoax), karena itu dapat berujung pada pidana, apalagi ini tidak cuma menyangkut integritas pemerintah daerah di mata masyarakat, tapi juga menyangkut kepercayaan dan kenyamanan para penumpang lain terhadap pelayaran KMP Aceh Hebat. Begitu juga dengan media Serambi, tidak mungkin para jurnalisnya menayangkan berita jika sumbernya tidak jelas atau masih diragukan keabsahannya.

Celakanya lagi, pernyataan pihak ASDP sangat bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Aceh, Junaidi, ST., MT di nukilan.id pada 30 Maret 2021 berjudul ‘Mesin Rusak, Dishub: Operator KMP Aceh Hebat 1 Kurang Paham Teknologi’.

Bahkan Kadishub Aceh sama sekali tidak membantah KMP Aceh Hebat 1 mengalami mesin mati dalam pelayaran dari Simeulue ke Calang. Ia justru mengakui bahwa kendala teknis yang dialami KMP Aceh Hebat 1 dalam pelayaran dari Simeulue ke Calang juga diakibatkan karena Operator KMP Aceh Hebat 1 kurang paham teknologi mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan, sehingga terhambat dalam perbaikan.

Berdasarkan pernyataan Kadishub Aceh tersebut, saya melihat KMP Aceh Hebat 1 terkesan tidak lebih sebagai sarana latihan (magang) bagi Anak Buah Kapal (ABK), dan ini sangat membahayakan jika kapal tersebut melakukan pelayaran dengan mengangkut sejumlah penumpang.

Jika benar apa yang dikatakan oleh Kadishub Aceh tersebut, maka dapat dipastikan ASDP telah gagal menjadi Operator KMP Aceh Hebat 1, dan Pemerintah Aceh harus segera melakukan evaluasi.

Atau jika memang ASDP sudah mengoperasikan KMP Aceh Hebat 1 sesuai dengan Standar Operasional Prosedur, dan ternyata mesin KMP Aceh Hebat 1 terbukti rusak, maka inilah yang kita khawatirkan, pemerintah Aceh sedang menari-nari di atas keselamatan masyarakat. Karena jika memang itu kapal baru, tidak mungkin sudah mengalami kerusakan dalam beberapa kali pelayaran.

Saya berharap, pengalaman tersebut dapat membuka hati Pemerintah Aceh untuk dapat lebih mengutamakan keselamatan rakyat daripada kepentingan lain, jika memang kapal tersebut rusak, jangan dibilang bagus, sehingga membahayakan para penumpang.

Begitu juga dengan ABK yang dipekerjakan, mereka harus memiliki kompetensi tertentu untuk menjadi seorang ABK, sehingga apa pun permasalahan yang terjadi di lapangan dapat teratasi dengan baik.

Untuk menjawab misteri tersebut, kita berharap Gubernur Aceh agar dapat membentuk tim khusus yang independen untuk menyelidiki persoalan kapal tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mencari titik terang terhadap permasalahan yang dialami oleh KMP Aceh Hebat 1.

Hal demikian harus menjadi perhatian serius seorang gubernur, karena ini menyangkut harga dirinya dan keselamatan rakyat yang menggunakan KMP Aceh Hebat 1 sebagai alat transportasi. Saya rasa dalam hal ini Gubernur Aceh adalah orang yang paling bertanggung jawab, mengingat masyarakat tidak tahu mau mengadu kepada siapa lagi terkait persoalan Aceh hari ini.

Walaupun kita punya wakil di DPR Aceh, saya sangat pesimis dewan akan membentuk sebuah Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelidiki permasalahan yang terjadi pada KMP Aceh Hebat 1 tersebut. Hal ini dikarenakan, persoalan KMP Aceh Hebat 1 merupakan permasalahan keamanan dan keselamatan rakyat bukan persoalan politik anggaran anggota dewan dengan pemerintah.

Dan saya yakin, seandainya ini menyangkut “tumpok” dewan dengan pemerintah, maka dapat dipastikan sudah dari awal pembelian kapal itu DPRA membentuk pansus untuk mengawasinya.

Selain itu, kita sangat berharap kepada pihak berwenang untuk segera melakukan audit terhadap pembelian KMP Aceh Hebat, jangan sampai ada pihak tertentu yang memanfaatkan situasi mengambil keuntungan di balik penderitaan rakyat Aceh.

*) Penulis adalah Koordinator Lingkar Publik Strategis.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...