Pemerintah Mulai Finalisasi SOP Limbah Batu Bara

Waktu Baca 3 Menit

Pemerintah Mulai Finalisasi SOP Limbah Batu Bara
Ilustrasi Foto: Batu bara. [Pixabay]

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah memfinalisasi standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan abu batu bara atau fly ash bottom ash (FABA) hasil pembakaran pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, SOP ini nantinya akan menjadi acuan bagi pengelola PLTU untuk memanfaatkan FABA, yang beberapa waktu lalu telah dikeluarkan dari daftar limbah bahan berbahaya beracun (B3).

"Dengan demikian FABA akan dikelola dengan baik," kata dia dalam keterangannya, Jumat (2/4/2021).

Lebih lanjut Rida mengklaim, SOP itu akan mampu membuat pengelolaan FABA menjadi lebih aman bagi lingkungan sekitar, sekaligus memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.

Mengacu pada draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLTU masih akan menjadi pembangkit dominan dengan porsi sekitar 36 persen atau 14 hingga 15 giga watt (GW).

"Memperhatikan kondisi penyediaan tenaga listrik saat ini, PLTU batu bara merupakan pembangkit listrik pemikul beban dasar (base load) yang akan beroperasi terus-menerus selama 24 jam dan menjadi tulang punggung pasokan tenaga listrik nasional," tutur Rida.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, FABA dari kegiatan PLTU tidak lagi masuk menjadi limbah B3.

Menurut Rida, hal tersebut sesuai dengan hasil uji karakteristik beracun Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan lethal dose LD-50.

Di samping itu, hasil uji kandungan radionuklida pada FABA PLTU juga menunjukkan nilai konsentrasi zat pencemar lebih rendah dari tingkat kontaminasi radioaktif yang dipersyaratkan.

"Dengan dikeluarkannya FABA dari limbah B3, maka akan semakin terbuka luas pemanfaatan FABA," ucap Rida.

Sebelumnya, kebijakan itu menuai kritik keras di kalangan akademisi dan pegiat lingkungan. Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia (UI) Tarsoen Waryono, salah satunya, menyebut limbah batu bara dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan terutama pada masyarakat yang bekerja di bidang tambang.

"Limbah batu-bara (FABA) dianggap tidak berbahaya, padahal merupakan limbah yang mematikan," kata Tarsoen.[]

Sumber: Kompas, CNNIndonesia

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...