Resmikan Kantor Cabang, TGB: Nasabah Aceh adalah Prioritas BSI

Wakil Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia (BSI), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi meresmikan kantor cabang BSI Ahmad Dahlan di Banda Aceh, pada Senin (27/12/2021).
Kantor cabang ini menjadi jaringan outlet terakhir yang diresmikan BSI pada tahun 2021 dan diharapkan semakin memperkuat layanan keuangan bank syariah terbesar di Indonesia.
TGB menyampaikan, terima kasih atas apresiasi, dukungan, support, kesamaan hati dan visi dari seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat Aceh terhadap BSI.
Untuk itu, TGB menekankan bahwa pelayanan pada nasabah khususnya di Aceh menjadi prioritas bagi BSI.
"BSI harus terus meningkatkan diri, tidak boleh set back, no way return ya, jadi ini tiket one way, tidak kata lain harus maju terus, maju, maju, maju. Jadi tolong dibaca apresiasi itu sebagai juga pengingat, sebagai juga rambu-rambu supaya semua kebaikan ini dibalas dengan kinerja yang terbaik untuk masyarakat Banda Aceh dan masyarakat Aceh secara keseluruhan," ujarnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Wali Kota Banda Aceh H. Aminullah Usman, Kepala Perwakilan OJK Aceh Yusri, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Achris Sarwani, Regional CEO BSI Aceh Wisnu Sunandar.
Dalam sambutannya, Wali Kota Banda Aceh, Aminullah menyampaikan apresiasi kepada BSI yang mampu bergerak cepat dalam mengimplementasikan Perda Qanun di Aceh.
Dia berharap dengan kehadiran BSI, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Banda Aceh dapat naik kelas dan bisa bersaing dengan UMKM di kota-kota lain.
"Kehadiran bank penting sekali. Banda Aceh sebagai kota dagang, kota pertanian, daerah pertanian juga membutuhkan bank. Tidak mungkin orang bekerja dengan modal sendiri terus tanpa didukung oleh bank. Jadi kalau bank ini sudah kita familiar dengan bank, pemerintah selalu bersama dengan bank, Insyaallah para masyarakat kita, Banda Aceh yang konsentrasinya adalah pembangunan dalam bidang UMKM ini sangat-sangat terbantu," ucap Aminullah.
Sementara itu, Perwakilan OJK Aceh, Yusri mengungkapkan salah satu permasalahan di Aceh adalah literasi dan inklusi perbankan yang cukup besar jaraknya.
Karena itu, Yusri mengakui perlu kerja keras dari semua pihak agar perbankan dapat diakses dan dirasakan oleh seluruh masyarakat di Aceh.
Apalagi di Aceh terjadi perubahan, yang mengharuskan seluruh perbankan menggunakan sistem syariah.
"Tentu proses perubahan itu tidak gampang. Itu yang terus-menerus kami sampaikan kepada masyarakat bahwa meminta boleh, tapi sabar juga diperlukan. Apa yang kita minta kepada BSI dan Bank Aceh Syariah serta bank-bank yang lain semua dipenuhi. Tetapi mekanismenya ada, prosesnya ada dan proses itulah yang mesti masyarakat pahami. Kami coba jelaskan bagaimana padanan produk itu tidak segampang yang mereka butuhkan atau dilayani oleh konvensional selama ini itu serta-merta ada di syariah itu juga tidak bisa, harus proses demikian, pengajuan, dan proses uji coba. Dan itu butuh waktu. Alhamdulillah secara pelan-pelan masyarakat kita kini telah paham," paparnya.
Hal senada pun disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh, Achris Sarwani. Pihaknya berterimakasih kepada BSI yang bisa hadir tepat waktu di Aceh untuk menyalurkan bantuan dari pemerintah pusat.
Dia mengakui sempat khawatir saat bank-bank konvensional yang biasa menyalurkan bantuan dari pemerintah baik bantuan sosial (bansos) hingga bantuan non-tunai, tidak dapat lagi beroperasi di Aceh sebagai dampak penerapan perda Qanun.
"Satu per satu dari waktu ke waktu kita punya tantangan dan BSI menjawabnya. Kita punya tantangan bagaimana Bank Himbara tadi sudah tidak ada, program bantuan pemerintah melalui KUR, melalui bansos, melalui bantuan tunai, bantuan non-tunai semuanya bisa tanda kutip “bisa berhenti” kalau BSI sekali lagi tidak segera mengambil alih. Alhamdulillah mulai Juli lalu BSI sudah mulai mengambil alih. Alhamdulillah semua serapan, bantuan pemerintah berjalan dengan hadirnya BSI di Banda Aceh ini," tutup Achris.
Komentar