Was-was Kapal Hebat di Arung Lepas

Waktu Baca 11 Menit

Kapal penyeberangan berwarna putih dengan lis biru dan kuning itu bersandar di Pelabuhan Kolok di Kota Sinabang, Simeulue, pada Minggu (28/3/2021). Salah satu ramp door (pintu rampas) yang mengarah ke dermaga terbuka, seakan menjunjung langit.

Di sekitar pelabuhan, beberapa kuli pangkul lalu lalang membawa barang-barang untuk dimasukkan ke dalam kapal. Petugas sibuk memeriksa tiket setiap penumpang maupun kendaraan yang akan diangkut.

Sementara para penumpang tampak sibuk membenahi barang bawaannya. Sebagian mulai beranjak masuk ke kapal yang pada lambungnya bertuliskan ‘KMP Aceh Hebat 1’ bergradasi warna biru. Dari dekat, bahtera sepanjang 70 meter dan lebar 15 meter itu cegak saat mengapung di permukaan air.

Di antara kesibukan itu, seorang penumpang pria bersama lima anggota keluarganya berjalan memasuki kapal. Mereka membawa koper, tas serta beberapa barang lain. Seorang anak buah kapal lalu menyambutnya, sembari membantu mengangkut sebagian barang naik ke dek kapal tempat para penumpang duduk.

Pria paruh baya tadi bersama keluarganya bakal berlayar menuju Pelabuhan Calang, Aceh Jaya.

“Ini pertama kalinya saya naik kapal KMP Aceh Hebat,” singkatnya menceritakan kembali pengalaman itu kepada readers.ID.

Langit mulai jingga. Raungan panjang beberapa kali dilontarkan dari corong klakson angin di atas ruang kemudi nakhoda. Tempo aktivitas di pelabuhan sontak meningkat.

Tak berapa lama, ramp door dari kapal berkapasitas 2.441 GT yang mampu mengangkut 250 penumpang berikut 33 unit kendaraan campuran tersebut, perlahan menutup. Sejurus kemudian, jangkar mulai ditarik. Tali penambat kapal mulai dilepaskan dari dermaga. Kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan.

Terganggu di Tengah Laut

Riuhnya penumpang menyadarkan pria paruh baya yang sedari tadi tertidur karena efek obat anti mabuk. Ia tertegun ketika melihat suasana kapal gelap gulita dan hanya berayun mengikuti alunan gelombang. Sedangkan deru mesin kapal tak lagi terdengar.

Penasaran, ia lantas bertanya kepada salah seorang penumpang.

“Kata seorang penumpang anak muda, memang seperti ini -keadaannya-. Karena sewaktu kapal akan mendarat, sehingga mesin dimatikan. Saya pikir iya juga,” kata dia.

Melihat posisi kapal yang masih di tengah laut dan tak sedikit pun terlihat daratan, ia coba kembali bertanya kepada salah seorang anak buah kapal. “Dijawab tidak tahu,” ungkapnya.

Tak ada pemberitahuan apa pun dari pihak kapal soal pemadaman listrik di kapal. Sedangkan para penumpang hanya berupaya menenangkan dirinya masing-masing agar tidak panik.

Tiba-tiba, alarm kebakaran berbunyi. Kepanikan makin menjadi-jadi. Ia melihat sebagian penumpang mengambil pelampung tanpa menunggu instruksi dari anak buah kapal.

“Sewaktu ada sirene itulah baru penumpang panik karena ada hidup alarmnya,” ujarnya.

Benar atau tidak, kabarnya alarm berbunyi disebabkan salah seorang penumpang yang merokok, sehingga alat pendeteksi asap di kapal menerima sinyal. Mendengar informasi itu, kepanikan penumpang kembali reda.

Sambil menunggu listrik di kapal kembali hidup, pria itu coba menenangkan keluarganya yang sedari tadi masih panik. “Saya hanya bisa berdoa semoga selamat sampai tujuan.”

Lebih kurang ada sekitar dua jam listrik di kapal padam dan baru hidup ketika sudah pukul 03.00 WIB.

Saat listrik dan mesin kembali hidup, kapal produksi galangan PT Multi Ocean Shipyard Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau itu pun kembali berlayar melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, hal serupa kembali terjadi setelah dua jam pelayaran.

“Jalan sekitar dua jam, kalau tidak salah. Mati lagi,” ungkapnya.

Ia sempat menduga jika padamnya listrik kali ini menandakan bahwa kapal hampir sampai di Pelabuhan Calang. Ternyata dugaan itu salah. Kapal masih berada di kawasan perairan Meulaboh, Aceh Barat. Tapi kali ini hanya terjadi beberapa menit saja.

Hingga kapal tiba di Pelabuhan Calang lebih kurang sekitar pukul 11.30 WIB pun, penyebab padamnya listrik dan matinya mesin kapal di tengah laut tadi masih tanda tanya.

“Kalau saya pribadi, jika lain kali terpaksa pergi ya pergi (dengan kapal tersebut), namun istri saya sudah tidak mau lagi. Istri saya tidak mau lagi kalau perjalanan dari Sinabang ke Calang. Apalagi ombak besar-besar di kawasan perbatasan Calang dengan Meulaboh,” tandasnya.

Padamnya mesin dan listrik KMP Aceh Hebat itu jadi perbincangan hangat dan pemberitaan di media massa, keesokan harinya. Tak sedikit yang meragukan, mengapa kapal hasil proyek senilai Rp178 miliar yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Aceh pada 9 Maret 2021 ini mengalami masalah?



Mencari kebenaran ihwal insiden dalam pelayaran KMP Aceh Hebat 1 dari Pelabuhan Kolok ke Pelabuhan Calang pada 28-29 Maret 2021 lalu, readers.ID coba menghubungi Muhammad Noer, selaku kapten kapal.

Noer mengatakan, kejadian waktu itu bukanlah permasalahan kematian mesin kapal, namun karena matinya generator pembangkit listrik. Selama pemadaman terjadi, kerja mesin kapal dikurangi atau dipelankan pelayarannya.

Ia pun membantah jika pemadaman yang dilakukan hanya sekitar 25 menit dan tidak sampai tiga jam seperti yang diisukan.

“Bukan mesin kapal, tetapi mesin lampu. Itu kematiannya sekitar pukul 03.00 WIB, karena mesin nge-drop,” katanya.

Ia menambahkan, “tidak ada seperti yang diisukan mati sampai satu hingga tiga jam, gak ada itu. Cuma sekitar 25 menit lebih kurang. Setelah kembali hidup generator itu, jalan lagi.”

Begitu juga dengan pemadaman kedua. Kapten kapal menyampaikan saat itu pihaknya sedang menyinkronkan dua dari tiga generator pembangkit listrik yang ada di kapal.

“Yang kedua bukan mati, kita sinkronkan AE1 dengan AE2 untuk bisa masuk ke Calang, karena nge-drop malam itu tidak terkoneksi dia sehingga salah satu arus harus dimatikan supaya bisa,” ujar Muhammad Noer.

Tiga generator pembangkit listrik yang dimiliki biasanya hanya digunakan satu per satu ketika dalam pelayaran. Generator baru digunakan dua unit ketika akan memasuki alur pelabuhan, sebab digunakan untuk menggerakkan kapal.

Terkait bunyi alarm, dikatakan Muhammad Noer, karena ada orang yang merokok di ruangan ber-AC. “Bukan tanda bahaya darurat kapal. Kalau itu darurat kapal pastinya saya langsung memberikan sinyal,” ungkapnya.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Manager Usaha dan Teknis PT ASDP Cabang Aceh Singkil, Agus Ramdani.

“Kalau dibilang mati mesin tidak ada mati mesin. Kemarin itu hanya ada kendala kelistrikan saja, di panelnya. Tidak ada istilahnya terombang-ambing, mati mesin, tidak ada itu,” kata Agus Ramdani, dikonfirmasi terpisah oleh readers.ID.

“Penyebab matinya listriknya karena over load, kemudian kendala di panelnya tidak bisa sinkronisasi,” ujarnya.

Agus juga mengatakan, kapal sebelumnya berangkat dari Pelabuhan Kolok pada Minggu (28/3/2021) sekitar pukul 19.00 WIB dan baru tiba di Pelabuhan Calang pada Senin (29/3/2021) sekitar pukul 10.00 WIB.

Melihat jadwal keberangkatan dari Simeulue dan ketibaannya di Aceh Jaya, ia menyampaikan tidak ada keterlambatan meski kapal tiba satu maupun dua jam lebih lama.

“Itu sebenarnya standar, kalau dia terlambat satu sampai dua jam itu biasa, mungkin ada kendala di laut mungkin karena cuaca buruk,” ujarnya.

Secara teknis, mesin KMP Aceh Hebat 1 diakui Manager Usaha dan Teknis PT ASDP Cabang Aceh Singkil tidak ada kendala apa pun selama pelayaran dan masih terbilang normal.

“Sudah berlayar juga, tiba di Calang berlayar dan normal juga bersandarnya. Kalau untuk mesin Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada laporan kerusakan,” tutupnya.[]

Editor: Fuadi Mardhatillah

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...