Kampung Pande, Riwayatmu Kini

Kampung Pande memang dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki nilai sejarah. Di wilayah Kampung Pande ini banyak ditemukan makam-makam tua milik para ulama maupun keturunan-keturunan raja, seperti Makam Tuanku Dikandang dan Putro Ijo.
Hanya makam Tuanku Dikandang dan Putro Ijo yang masih dirawat dan dipagar oleh pemerintah karena dianggap sebagai situs bersejarah yang harus dipertahankan. Selain kedua makam tersebut, makam-makam lain masih terbengkalai dengan nisan-nisan yang tenggelam di dalam lumpur rawa-rawa.
Bahkan kini mulai digali untuk dijadikan tambak udang tanpa menjaga keberadaan nisan yang berserakan disembarang tempat. Bahkan ada yang terbuang begitu saja tampa adanya perawatan. Selain nisan tua, pecahan tembikar dan keramik yang diperkirakan adalah barang peninggalan sejarah berserakan tak beraturan tanpa ada usaha untuk menyelamatkannya.
Baca Juga:
Sebelum tsunami, wilayah Kampung Pande masih luas dengan daratan. Namun saat tsunami, daratan tersebut di gerus oleh gelombang hingga sebagian daratan berubah menjadi rawa-rawa yang dipenuhi oleh air ketika pasang laut sedang tinggi.
Akibatnya, nisan-nisan tersebut kini tertimbun di dalam lumpur di antara pohon bakau yang mulai tumbuh. Selama ini kondisinya memang tidak diperhatikan dan tidak dirawat oleh pemerintah, padahal daerah ini merupakan bukti sejarah keemasan kerajaan Aceh khususnya kejayaan kerajaan Islam di Aceh.
Pada bulan November tahun 2013 yang lalu, kampung Pande mendadak terkenal dan ramai dikunjungi oleh masyarakat Aceh, mulai dari kampung sekitarnya hingga dari kabupaten lain.
Baca Juga:
Tujuan mereka tak lain adalah untuk menyaksikan secara langsung lokasi penemuan koin-koin emas yang diyakini sebagai peninggalan sejarah kerajaan Aceh Darussalam. Hampir setiap hari orang berduyun-duyun datang ke kampung kami ini. Bahkan ada yang dari kota lain, hanya sekedar pengen tahu saja.
Selain melihat-lihat, banyak juga warga yang turun ke rawa-rawa untuk mencari koin atau benda-benda lain yang dianggap berharga. Mulai dari kaum bapak-bapak, ibu-ibu maupun anak-anak tumpah ruah ke dalam rawa-rawa sambil mengais-ngais pasir dengan alat seadanya. Meskipun sudah ditutup oleh pihak berwajib, tapi mereka tetap datang dan berusaha masuk ke rawa untuk mencari emas.
Ada harapan bahwa penemuan koin emas tersebut bisa memicu dan mendorong pemerintah untuk segera bertindak dan menyelamatkan wilayah Kampung Pande dari kerusakan dan penjarahan terhadap harta karun yang mungkin banyak tertimbun di kawasan ini.
Penemuan harta karun yang diyakini sebagai peninggalan kerajaan Aceh Darussalam juga membuat pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh sibuk untuk menyelamatkan benda-benda peninggalan bersejarah tersebut dari aksi penjarahan.
Yang bisa dilakukan oleh pemerintah saat itu adalah membatasi jumlah masyarakat yang mencoba mencari emas di kawasan ini. Mereka sudah berkordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan penjagaan agar tidak dimasuki oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Dari data yang di miliki oleh Pemerintah Aceh, kawasan yang merupakan pertapakan awal dari kerajaan Aceh Darussalam tersebut seluas 63 hektar. Hampir semua wilayah seluas 63 hektar tersebut telah berubah menjadi rawa-rawa dan tambak udang milik masyarakat di sekitar Kampung Pande. Saat ini yang sudah ditetapkan sebagai lokasi bersejarah masih sekitar 1 hektar saja, selain itu sudah menjadi milik masyarakat.
Penetapan Kampung Pande menjadi sebuah wilayah cagar budaya butuh proses yang panjang dan harus dilakukan kajian secara mendalam oleh para ahli sejarah. Dan proses tersebut kini sudah mereka lakukan beberapa waktu yang lalu.
Kampung Pande merupakan sebuah desa di Kota Banda Aceh. Daerah ini merupakan pertapakan awal kerajaan Aceh Darussalam yang ada sekitar tahun 1600 masehi. Kawasan ini kini berubah menjadi rawa-rawa akibat hancur dihantam oleh gelombang tsunami pada tahun 2004 yang lalu. Selain mengalami kehancuran, kawasan ini juga dijadikan pemerintah kota Banda Aceh sebagai lokasi Pembuangan Akhir Sampah kota hingga hari ini.
Proses penetapan kampung Pande menjadi situs cagar budaya sejarah ternyata tidak serta merta bisa menjaganya dari usaha-usaha penghancurannya. Bahkan usaha itu datang dari pemerintah kota Banda Aceh sendiri yang tetap melanjutkan proyek pembangunan IPAL walau lokasi pembangunannya ditemukan makam-makan tua yang patut diduga sebagai bagian dari sejarah gemilangnya Aceh melalui kampung Pande dimasa lalu. Kampung Pande, riwayatmu kini sudah jauh dari kemegahanmu, kampung seribu ahli atau pande yang dulu megah, kini tinggal kenangan.

















Komentar