Mengenal Dekat Cagar Budaya Museum Rumah Cut Nyak Dhien

Author

Waktu Baca 8 Menit

Mengenal Dekat Cagar Budaya Museum Rumah Cut Nyak Dhien
Bangunan Museum Rumah Cut Nyak Dhien, di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. (Foto BPCB Aceh 2013))

Mengulas soal sejarah masa lalu Aceh, maka daerah ini tidak bisa dilepaskan dari pahlawan nasional Nama Cut Nyak Dhien. Seorang pejuang Aceh turut andil dalam memerangi Penjajah Belanda di Aceh.

Oleh karena itu, untuk terus mengenang pahlawan tanpa jasa itu terdapat bangunan atau rumah Cut Nyak Dhien yang kini telah menjadi Cagar Budaya. Berikut READERS.ID rangkum soal rumah Cut Nyak Dhien, di Aceh Besar.

Sejarah Museum Rumah Cut Nyak Dhien

Museum Rumah Cut Nyak Dhien merupakan merupakan tempat tinggal Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar di masa lalu. Peninggalan ini sebagai bukti sejarah dan menguatkan ingatan kepada sosok dua Pahlawan Nasional tersebut dalam tragedi melawan dan mengusir penjajahan Belanda. Kini rumah tersebut dimanfaatkan sebagai Museum dengan memiliki beberapa koleksi seperti rencong dan parang.

Sebagai seorang yang teguh, gagah dan pemberani, Srikandi Indonesia ini cukup tegas dalam memimpin pasukan dalam melawan Belanda. Nah di museum ini wisatawan dapat melihat secara langsung senjata-senjata seperti rencong yang dulu digunakan oleh Cut Nyak Dhien.

Secara administratif, museum ini terletak pada Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Jika dari Kota Banda Aceh, dapat memakan waktu mencapai 20 menit dengan jarak 10 kilometer. Bangunan pejuang Aceh itu tepat di pinggir jalan besar atau jalan raya.

Hadirnya Musuem Cut Nyak Dhien tidak terlepas dari proses sejarah masa lalu antara Belanda dan Teuku Umar serta Cut Nyak Dhien. Rumah ini merupakan hadiah dari Belanda untuk Teuku Umar. 

Belanda mengira bahwa Teuku Umar berada dipihaknya sehingga ia menghadiahkan rumah itu. Padahal Teuku Umar membangun strategi dan mengelabui Belanda untuk mengambil persenjataan dari pihak Belanda. Dari itu sempat terjadi perseteruan dari rakyat dengan mengecap Teuku Umar sebagai pengkhianat. Namun setelah mengetahui bahwa Teuku Umar berpura-pura berada di pihaknya, Belanda pun kemudian membakar rumah itu.

Bangunan yang ada saat ini merupakan bangunan replika dari hadiah rumah yang dibakar Belanda pada tahun 1896. Artinya bangunan yang asli sudah tidak ada lagi, namun karena dinilai sebagai bukti sejarah maka rumah tersebut dibangun kembali oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta diresmikan oleh Fuad Hasan yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1987.

Kini, Museum Rumah Cut Nyak Dhien dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 08.30 sampai 12.30 dan 14.00 hingga 17.00 WIB. Memasuki museum ini wisatawan tidak dikenakan biaya sama sekali, namun hanya diminta untuk menyumbang seikhlasnya untuk perawatan bangunan tersebut.

Wisata Sejarah

Dengan adanya bangunan tersebut jelas menjadi edukasi dalam meningkatkan nilai sejarah Aceh. Dengan menghadiri Museum Aceh ini, kita dapat mendapati pengetahun-pengetahuan secara langsung dari peninggalan-peninggalan yang ada.

Tidak hanya itu, bangunan ini akan menjadi penunjang untuk mengetahui seperti apa sebenarnya semangat Cut Nyak Dhien hingga bangunan atau rumahnya dijadikan Museum Aceh.

Artinya, Cut Nyak Dhien menjadi sosok pahlawan yang luar biasa yang dapat memacu meningkatkan semangat perjuangan dimasa lalu.

Sejarah Singkat Cut Nyak Dhien

Nama Cut Nyak Dhien tentu tidak asing lagi ditelinga masyarakat Aceh karena kerasnya perjuangan dalam melawan Belanda. Semangat juang yang dimiliki Cut Nyak Dhien inilah yang menjadi sorotan sejarawan untuk ditulis sebagai gambaran tegap gempitanya perempuan Aceh di masa lalu.

Cut Nyak Dhien merupakan salah seorang perempuan yang sangat ditakuti Belanda. Sejak kehadiran penjajah Belanda ke Aceh pada 1873, Aceh menyatakan perang terhadap Belanda tepat pada 10 April 1873. Perang ini kemudian dikenal dengan Perang Aceh, lantaran sulitnya Belanda menaklukkan wilayah Aceh.

Cut Nyak Dhien lahir di kampung Lam Padang Peukan Bada, wilayah VI Mukim, Aceh Besar pada tahun 1848. Ia merupakan keturunan bangsawan Aceh dari darah daging Teuku Nanta Setia. Pada umur 12 tahun, ia kemudian dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lam Nga yang merupakan putra dari Teuku Po Amat, Uleebalang Lam Nga XIII.

Munculnya semangat juang Cut Nyak Dhien dimulai pada umur 27 tahun yaitu pada 1975 setelah menikah dengan Teuku Ibrahim Lam Nga periode (1962-1878). Ia harus berjuang mengurusi anak sendirian tanpa pendampingan suami karena pergi berjuang mengusir penjajah Belanda. Secara tidak langsung saat inilah bintik-bintik semangat juang Cut Nyak Dhien mulai tumbuh berkobar secara perlahan.

Pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim Lam Nga syahid di Glee Tarun. Kondisi ini menjadi sumber kekuatan bagi Cut Nyak Dhien untuk bangkit berjuang melawan Belanda menggantikan suaminya. Dua tahun berselang, Cut Nyak Dhien kembali dipersunting oleh Teuku Umar pada 1880. Dari keduanya lahir seorang putri bernama Cut Gambang. Namun enam tahun kemudian, Teuku Umar tewas dalam pertempuran sengit dengan Belanda di Suak Ujong Kalak, Meulaboh, Aceh Barat, pada 11 Februari 1899. 

Menghadapi situasi itu, Cut Nyak Dhien mengajak semua masyarakat untuk berjuang mengusir Belanda sehingga memiliki banyak pengikut. Polarisasi perjuangan yang ditanamkan kepada masyarakat inilah yang membuat Belanda semakin takut. Cut Nyak Dhien akhirnya menerapkan strategi perang gerilya dari hutan ke hutan hingga enam tahun lamanya.

Namun sayang, perjuangannya itu membuat kondisi kesehatannya menurun karena mengidap penyakit encok dan mata rabun. Cut Nyak Dhien akhirnya ditangkap pada 4 November 1905 dan kemudian diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Di sana dirinya aktif memberikan kebermanfaatan dengan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat sekitar Paya Kumbuh, Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dhien kemudian berpulang kepangkuan Sang Penguasa pada 06 November 1908. 

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...