Wali Nanggroe: Aceh dan Inggris Sepakat Jalin Hubungan Dagang seperti Era Kesultanan

Waktu Baca 3 Menit

Wali Nanggroe: Aceh dan Inggris Sepakat Jalin Hubungan Dagang seperti Era KesultananFoto: Instagram @humaswalinanggroeaceh
Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al Haythar berbincang dengan Penasehat Politik Kedubes Inggris untuk Indonesia, Sam Perkins, di Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Selasa (23/4/2024).

BANDA ACEH, READERS – Aceh dan Kerajaan Inggris sepakat memperkuat hubungan kerjasama khususnya di bidang perdagangan, seperti yang pernah dilakukan ratusan tahun lalu di masa-masa Kesultanan Aceh Darussalam.

Kesepahaman tersebut terjalin dalam pertemuan Wali Nanggroe Aceh Tgk. Malik Mahmud Al Haythar dengan Penasehat Politik Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris untuk Indonesia, Sam Perkins, di Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Selasa (23/4/2024).

Katibul Wali Nanggroe, Muhammad Diwarsyah mengatakan, pada pertemuan itu, Sam Perkins didampingi Ramon Sevilla selaku Political Officer Kedubes Inggris untuk Indonesia, sementara Wali Nanggroe didampingi Staf Khusus DR M Raviq.

Wali Nanggore mengatakan, hubungan antara Aceh dan kerajaan Inggris telah terbangun sejak masa Ratu Elizabeth I. Karena itu, diharapkan akan adanya lebih banyak investor Inggris yang datang ke Aceh di masa depan. 

“Kami berharap kedepan hubungan ini kembali terjalin, banyak investor dari Inggris datang ke Aceh," ujar Tgk Malik Mahmud.

Sementara itu, Penasehat Politik Kedubes Inggris untuk Indonesia, Sam Perkins mengaku kagum dengan sejarah hubungan diplomatik dan perdagangan antara Aceh dengan negara-negara di Eropa, khususnya bersama Kerajaan Inggris. 

Sam yakin ke depan akan mampu mengembangkan kemitraan yang lebih jauh, baik untuk kepentingan masyarakat Aceh dan Inggris, maupun masyarakat secara global, untuk kemakmuran dan perdamaian.

Hubungan yang pernah terjalin tersebut telah membawa kepada kemitraan yang erat. 

“Bagian dari sejarah yang kita bicarakan hari ini adalah hubungan bisnis perdagangan,” kata Sam.

Pihaknya berkomitmen untuk memastikan Aceh dan Kerajaan Inggris dapat mengembangkan hubungan perdagangan untuk mendukung bisnis dan infrastruktur.

Sam Perkins sendiri mengaku baru pertama kali mengunjungi Aceh sejak ia  bertugas di Indonesia. 

Selama seminggu di Aceh, Sam belajar tentang Aceh, khususnya untuk mengeksplorasi cara-cara untuk memperdalam kemitraan antara Aceh dan Inggris.

“Saya pulang dengan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah, pentingnya hubungan antara kedua negara,” tandasnya.

Untuk diketahui, dalam catatan sejarah Aceh yang dapat dipercaya, disebutkan Kesultanan Aceh Darussalam pernah menjali hubungan kerjasama dengan Kerajaan Inggris. Hal itu dibuktikan dengan temuan surat-menyurat antara kedua kerajaan.

Hubungan tersebut dimulai dari masa Sultan Alauddin Riayat Syah yang berbalas surat dengan Ratu Elizabeth I pada 1602 M, disusul Sultan Iskandar Muda dengan Raja James I pada 1615 M, hingga surat dari Ratu Victoria yang tidak sampai ke tangan Sultan Aceh pada abad 19.[]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...